Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari 2016

Yuk Ngaji!

Menulis itu untuk saya pribadi, seperti melihat cerminan diri dalam suatu wadah. Apa yang sudah dituliskan kemudian dibaca kembali, kadang-kadang membuat terkejut! Sosok saya ternyata berpikiran seperti ini dan itu. Bukan bermaksud sombong, cuma takabur aja... Tidak hanya itu, menulis bisa jadi kegiatan menyegarkan ketika kepala dan hati terasa kering oleh kata-kata. Banyak hal dan banyak persepsi tentang menulis. Bagi saya, menulis adalah tempat dimana saya tidak ingin ditemui secara fisik, namun isi kepala sayalah yang akan ditemui.

Jangan Takut Sendirian

Perasaan tak nyaman bahkan hambar seringkali menghampiri sebuah persahabatan. Perbedaan watak dan cara berpikir turut menyertai. Bagi saya pertemanan itu menyenangkan. Di satu sisi menjadi bumerang. Dengan mereka kita menjadi taat. Dengan mereka pula kita dapat melakukan maksiat. Itu tanpa kita sadari, karena dengan mereka hati sudah terbiasa. Seakan tumpul peringatan yang diucapkan di telinga kita, karena melihat teman juga masih sama seperti itu. Kita melakukan pembenaran dari orang lain yang belum paham. Begitukah pertemanan? Pengalaman berteman semua orang sudah pernah mengalaminya. Entah semanis gula buatan atau sepahit cokelat sebelum diolah. Sama juga kayak saya. Menarik cara saya berteman dulu ketika masih di bangku sekolah menengah pertama. Diri saya seakan terbagi menjadi dua. Satu sisi ingin berteman dengan teman-teman yang gaul. Satu sisinya lagi berteman dengan teman-teman yang sederhana. Entah kenapa saya mulai begini. Kelas 1 SMP saya nggak membagi diri seperti kelas 2

Nasihat Seorang Teman

Beberapa hari terakhir ini inget sama temen-temen SMK. Banyak kenangan bagus-bagus ternyata. Salah satunya ya orang ini. Sama dia saya masih dalam proses hijrah. Meski gak selalu bareng dia, tapi soal dukungan selalu dapet dari dia. Namanya? Hm, dikasi inisial atau nama asli ya. Dia ini kayak emak gitu buat saya dan teman yang lain. Keibuan dan full perhatian. Baiq Farmi namanya. Sewaktu kita berdua lagi sering-seringnya pantengin video ceramah Ust. Felix Siauw, saya ditegur sama dia. Dulu, saya itu kalo udah suka sama sesuatu pasti suka terus dan dicari tau tentang itu. Sama halnya kayak ceramah tadi. Saya lagi suka banget dengerin ceramah dari Ust Felix, bahkan nggak mau dengerin ceramah dari ustadz lain. Sampai akhirnya, Emi (panggilan singkatnya) minta tolong sama saya untuk dianterin ambil bajunya yang udah selesai dijahit. Di perjalanan, dia ngomong tentang saya yang nggak mau dengerin ceramah lain. Dia bilang itu namanya pengkultusan. Meski kebenaran disampaikan oleh beliau jan

Jangan Takut Sendirian

Perasaan tak nyaman bahkan hambar seringkali menghampiri sebuah persahabatan. Perbedaan watak dan cara berpikir turut menyertai. Bagi saya pertemanan itu menyenangkan. Di satu sisi menjadi bumerang. Dengan mereka kita menjadi taat. Dengan mereka pula kita dapat melakukan maksiat. Itu tanpa kita sadari, karena dengan mereka hati sudah terbiasa. Seakan tumpul peringatan yang diucapkan di telinga kita, karena melihat teman juga masih sama seperti itu. Kita melakukan pembenaran dari orang lain yang belum paham. Begitukah pertemanan?

Kenapa Perlu Motivasi?

Salah satu motivator Indonesia favorit saya adalah... Ippho Santosa Saya menyukai seminar motivasi atau training motivasi. Walau sebelumnya saya hanya sekedar tahu beliau tanpa pernah mengkuti trainingnya sama sekali. Ketika saya di- recommend kan oleh adik kelas sy channel telegram beliau, saya join dan membaca tulisan-tulisan beliau. Kakak saya, salah satu orang yang berpengaruh bagi saya sempat berpendapat, kalau dia nggak suka dengan seminar motivasi apa pun. Menurutnya, motivasi tidak begitu berdampak bagi individu. Tergantung pada karakter, tujuan dan dasar individu itu sendiri. Bila memang tidak mau begini, maka tidak akan bisa bagaimanapun menggugahnya motivasi yang diberikan. Bagi saya sendiri sempat berpikiran seperti itu. Akan tetapi, saya sadar kita dipengaruhi oleh 2 faktor yakni eksternal dan internal. Dalam suatu majalah saya dapatkan bahwa kita sendiri ternyata mempunyai andil yang cukup besar dalam mempengaruhi tindakan kita. Internal yang dimaksud di

Menjadilah...

Dalam lembaran hari tertulis kisah-kisah perjalanan hidup kita sebagai manusia. Mau kita menyadarinya tertulis atau tidak, tetap saja itu akan menjadi suatu kisah nantinya. Asam hambarnya sudah seringkali kita rasakan. Setiap kita selalu membutuhkan pendamping. Tidak mesti berwujud pasangan hidup yang terikat dengan suatu perjanjian. Ini lebih sederhana. Seorang teman yang akan menemani kita saat ini juga ke depannya, jika bisa.

Jangan Hanya Berbicara

Membicarakan keburukan orang lain bisa saja dilakukan semua orang. Rasanya mungkin enak, karena kita membicarakan orang lho. Kemudian, tanpa sadar kita membandingkannya dengan orang yg lain juga. Seperti kitalah juri dalam kehidupan mereka. Memutuskan mana yg terbaik dan mana yg terburuk. Mengurutkan perilaku manusia, mulai dari yg paling baik menurut kami hingga yg terburuk dengan standar kami, perasaan kami, dan anggapan kami. Kami sibuk sekali membicarakannya. Sebuah suara berbicara di dalam kepala kami. Suaranya terlalu kecil. Kami pun tidak ingin repot-repot berusaha mendengarkannya. Bahkan mengabaikannya. Tahukah suara itu berkata apa?

The Chronicles of Ghazi

Ada buku yang menarik perhatian saya. Judulnya  mirip dengan judul film, tapi beda. The Chronicles of Ghazi . Dari dulu saya udah tau tentang buku ini. Kesempatan untuk membacanya itu yang belum-belum dapat. Menceritakan sebuah sejarah yang ditorehkan dengan tinta emas dan darah. Buku ini berserial. Tapi bukan tetralogi. Karena harus dibaca dari buku yang pertama, kalau nggak bakal kehilangan alur ceritanya. Sosok pertama yang saya kagumi dari buku ini adalah Sultan Bayazid . Beliau dijuluki dengan sebutan Yildirim yang berarti kilat. Disebabkan kemampuan beliau menggunakan pedang sangat lihai dan sungguh cepat seperti kilat. Belum lagi strategi yang beliau gunakan saat menaklukan Dobrogea, membantu pengamanan wilayah Nicopolis dari tentara salib, dan lain-lain. Bukan tentang Bayazid aja, karena menurut saya semua orang sama aja. Yang membedakan masing-masing orang itu cuma takwa. Terlebih ketika futuhat [1] dilakukan pada wilayah Serbia, Bulgaria, dan Bosnia harus ditebus denga

I'm Survivor

Awal yang sedikit terburu-buru sepertinya. Sebelumnya sudah saya rencanakan mau ngetik apa, tapi karena saya paksakan jadi agak nge-blank sedikit. Kuliah, mungkin tidak semua orang bisa mendapat kesempatan ini. Tenang aja, saya gak bahas tentang kita tuh kudu bersyukur bisa kuliah jadi harus dimaksimilin dan teman-temannya. Nggak kok. Santai aja. Sebelumnya sempat saya bahas di postingan sebelum-sebelumnya, bahwa I’m Survivor of Scoliosis. Iya, saya mau pamer sedikit. Biar lebih santai, ijinkanlah saya menggunakan kata gue sebagai sudut pandang orang pertama, yah saya sendiri maksudnya. Hahaha.

The Dream

I had problem. It's about my dream. When I see someone success with their own dream I just want to be like them. Bring the dream comes true. I already have my dream, but still the power to make it true is empty. Then, I realized that my dream isn't the real dream. Next step I should do is change it into the real dream, I mean the real dream involve This World and the other World. :)

Ruh Yang Hilang

Manisnya kehidupan akan sangat terasa ketika kita menysukuri nikmat yang telah ada bukan? Begitulah. Itu yang sedang ku coba rasakan beberapa hari terakhir ini. Dikarenakan wi-fi dan masih amatirnya aku dalam mengatur waktu ini. Semenjak memasuki bangku kuliah, banyak sekali hal yang berubah dalam pikiranku. Baru memahami hal-hal yang sudah berlalu. Walau ku akui itu sangat terlambat. Setidaknya dengan pemahaman akan pengalamanku di waktu yang lalu aku sadar untuk berusaha tidak mengulanginya lagi. Seperti mengapa dulu aku bersikeras mengajak teman-temanku untuk mengaji, namun tidak disertai dengan cara yang layak. Bahkan, berakhir dengan kemarahan seakan mereka membenciku karena tidak mau mengikuti apa yang telah kuajakkan pada mereka. Pengalaman-pengalaman itu, sungguh disayangkan. Dan menjadi titik loncat bagiku untuk pengalaman di masa datang.

Jangan Mengobrak-abrik

Ayolah jangan mengotori hati orang lain juga. Kalau kamu merasakan perasaan yang lain, simpan sendiri saja tidak usah mengobralnya kemana-mana. Tidak usah ditunjukkan karena hanya akan semakin mengeruhkan hatimu dan mengobrak-abrik hati orang lain. Biar saja orang lain mengatakan saya ini jutek, judes, tidak bisa diajak bercanda dan sebagainya. Kalau dalam hal ini saya berusaha menjaga hati dengan tidak memedulikan mereka, menurut saya sikap ini tidak masalah asal tidak diterapkan pada yang perempuan saja. Terserahlah saya dibilang terlalu tua karena tidak mau berurusan dengan aktivitas menggelikan yang mengotori hati ini. Biarkan! Telan saja bulat-bulat perkataan mereka tanpa dicerna. Tidak usah menghabiskan waktu dengan hal semacam itu.

Namanya Baju Merah

Minum dengan duduk dan menggunakan tangan kanan, dll. Tak banyak ditemukan pemuda dengan pemahaman utuh mengenai adab makan di dalam Islam. Tapi dia lain. Baju Merah, itu sebutan untuknya agar mudah diingat. Karena untuk nama asli sendiri, tidak ada yg tahu diantara kami bertiga: saya, kakak saya, dan sepupu saya. Kakak dan sepupu mengagumi dia dan teman-temannya dikarenakan shalat yg tidak tertinggal oleh mereka. Keren bukan? Tulisan ini bukan untuk mengungkapkan suka padanya, tapi untuk menuliskan bahwa masih ada pemuda yang seperti ini. Sangat jarang sekali, tapi ada.

Selamatkan Remaja!

Hal ini juga yang sempat jadi perhatianku. Pemuda sekarang, potensinya teralihkan pada hal-hal yang kurang bermanfaat. Kekuatan mereka digunakan untuk kesenangan. Ketajaman berpikirnya dipakai untuk mengkritisi yang tidak penting. Padahal, kartu emas itu ada pada Pemuda! Coba kita perhatikan, coba kita seksamai. Berapa persen teman-teman atau saudara-saudara kita yang terkena pergaulan bebas? Berapa persen teman-teman kita yang overdosis akibat pemakaian narkotika? Berapa persen teman-teman kita yang terlibat kasus pencurian, begal, dan hal-hal negatif lainnya? Puluhan persen! Itu kan cuma yang negatif aja. Yang positif memang ada, tapi kalah jumlah dengan yang negatif. Banyak solusi yang ditawarkan. Misalnya dengan penyuluhan kekerasan terhadap anak, psikologi anak, pelatihan profesi, seminar narkotika dan lain sebagainya. Tidak salah sama sekali. Baik memang. Tapi, kalau diperhatikan sekali lagi ada yang kurang. Mereka diberi tahu mana hal baik dan buruk, akan tetapi tidak diawasi pe

Yang Tidak Mungkin, Mungkin Aja Kok!

Assalamu’alaykum wr wb Rindu sekali rasanya kembali berseluncur di atas papan ketik berwarna hitam dengan suara tombolnya yang khas. Sudah mangkir berapa bulan ya? Mungkin ada alasan-alasannya. Hahaha, sudah-sudah. Kalau dijabarkan akan malu sekali aku ini! Itu tentangku yang sudah lama tidak bersentuhan kembali dengan tulis-menulis. Alasan klasik, ya banyak tugas. Padahal bohong banget! Tugas gak ada seberapa, yang ada malas yang tak terhitung. Tuh kan! Jelek banget. Menulis ini pun sebenarnya terpaksa sekali. Tidak ada kesuksesan yang didapat dengan bersantai, itu rapalku beberapa hari terakhir. Memang bukan tidak mungkin untuk bisa menguasai beberapa hal. Hanya orang malas saja yang mengatakan bahwa itu tidak mungkin. Buktinya mana? Pada awalnya, aku sedikit termakan dengan hasutan ini. Mana ada orang yang bisa menguasai banyak hal. Gak mungkin. Paling cuma ada di film-film, gerutuku. Tapi, ternyata hal itu bukanlah tidak mungkin. Gak percaya? Oke deh, ada buktinya kok  Abbas Ibnu