Langsung ke konten utama

Pelatihan LSP (Lembaga Sertifikasi Profesi) TIK (1)

Sudah 2 hari, kami menginap di hotel. Rasanya? Tentu nyaman sekali! Aktivitas padat sedari pagi hingga sore mampu menghilangkan efek magis kamar hotel tersebut. Raga ini sudah terlalu lelah! Batin jangan ditanya. Hampir seharian, mental kami digempur habis-habisan. Karena sudah begitu lama menghabiskan waktu tanpa berhadapan dengan seorang ahli, sehingga ketika bertemu jantung ini serasa ingin cepat-cepat lepas dari tempatnya semula. Perutku tidak kalah berontak. Cacing-cacing mulai menggigiti bagian-bagian perutku tanpa ampun. Geli sekaligus sakit!


Sesampainya kami di Aula RRI Mataram, fisik serta batinku sudah mencapai puncak ketegangan. Walaupun panitianya belum terlihat, tetap saja ini sudah menguras pikiran luar dalam. Dan yang menambah kekesalan adalah telatnya aku mengisi form registrasi sehingga mendapatkan tempat duduk di paling belakang. Kemampuan mata sudah gak karuan, badan kecil, duduk di pojok belakang pula. Lengkap. Meskipun memakai kacamata, postur badanku yang agak mungil ini terlihat tenggelam oleh meja yang kami dapati. Ckck... Dan bukan hanya meja kami saja, meja yang lain juga begitu. Oh iya, satu meja terdiri dari empat kursi. Aku bersama Ika dan Ni Luh juga Santi. Namun, ketika kursi di bagian depan kosong Ni Luh dan Santi beranjak untuk menempati posisi tersebut, padahal aku sudah berdiri dan bersiap pindah. Bukan rejeki, kurasa. Sehingga agak kikuk aku kembali pada kursiku semula. Dan teman baru kami dua orang menempati kursi dua temanku yang sudah pindah tadi. Namanya Cindy dan aku tidak tahu nama yang satu lagi. Walau kami mengobrol, entah kenapa menanyakan namanya jarang menjadi topik! Pembukaan dimulai. Bapak yang berbicara berkulit putih mulus. Dan dari logatnya kelihatan sekali beliau orang yang hidup di pulau Jawa. Karakter serta etikanya berbeda dengan orang Lombok. Dan seperti biasa, penjelasan ini mulai membosankan. Ika saja sudah mengantuk. Aku juga mengantuk sebenarny. Namun, kupaksakan untuk terus mendengarkan. Karena dalam pelatihan ini aku belum mengetahui sedikit pun kegiatan apa saja yang dilakukan. Wah, ternyata ada enam bidang yang akan diuji, yakni Junior Networking, Junior Programming, Junior Multimedia, Basic Computer Assembly, Practical Office Advanced, dan Grafika Fundamental. Sama sekali tidak terbayang! Dan ketika pak Edwin, bapak pembicara pertama tadi, menjelaskan mengenai Practical Office Advanced, aku langsung tertarik. Karena Alhamdulillah hamper semua fitur bisa ku kuasai. Namun, hal lain itu jika Microsoft Excel yang akan diujikan. Dan benar saja, Excel termasuk program yang diuji. Perutku kembali berontak. Tanganku terasa semakin dingin, mungkin karena suhu AC yang digunakan terlalu rendah hahaha. Aku dan teman-teman saling bertukar pandang akan jurusan apa yang harus kami ambil. Aku dan beberapa teman sekelasku ikut pelatihan ini. Untuk sekedar mengisi waktu, alasannya. Dan ini bukan sama sekali mengisi waktu melainkan menguji waktu yang kemarin tidak ku manfaatkan!

Berusaha untuk tidak mengantuk, ku ganggu Ika dengan guyonan khasku yang kriuk sekali. Ika tipe orang kinestetik. Bosan jika tidak melakukan pergerakan apa pun. Itulah yang menyebabkan dia sekarang duduk menelungkupkan wajah di atas kedua tangannya yang terlipat di meja. Ku gambar sebuah visual kecil untuknya, dan kami sempat bertukar pesan rahasia melalui itu. Tidak bertahan lama memang, dan aku sudah menyadari itu bahwa aku tipikal orang yang membosankan. Ah sudahlah... malas aku membahas ini. Dan waktu berjalan tanpa terasa sama sekali! Sudah mendekati waktu zuhur! Setelah semua bidang dijelaskan, kami mendapat kesempatan untuk ishoma. Aku dan Dina memilih shalat terlebih dahulu, karena memang kami belum merasakan lapar sejak diberitahu akan bidang-bidang yang diuji tersebut. Kami butuh ketenangan.

Kembalinya dari mushola, kami pun makan. Kemudian mendaftar online pelatihan tersebut. Tebak apa yang kupilih? Yup, Junior Multimedia! Acara pun dilanjutkan, kami diberikan semacam panduan akan bidang yang kami pilih. Aku, Ika, Cindy dan temannya sama-sama memilih bidang Junior Multimedia. Karena jurusan kami ketika sekolah adalah multimedia. Ketika membuka lembar kedua dari panduan, aku agak kaget. Keluarlah beberapa materi yang kurasa tidak seharusnya diujikan untuk bidang multimedia. Seperti pengertian OS (Operasi Sistem), kemudian spesifikasi komputer yang digunakan untuk mendesain dan banyak lagi tetek bengek yang tidak kuketahui masuk sebagai materi uji. Jantungku kembali mendesak untuk keluar. Aku panik. Ya, aku benar-benar panik!

Sudah kadung, aku tetap memilih Junior Multimedia. Dan berkumpul bersama teman-teman yang sama memilih bidang itu. Untuk mengurangi ketegangan Ika berguyon. Hahaha, kami tertawa lepas. Teralu lepas mungkin, karena adrenalin yang ada terus meningkat dan terlepas oleh tawa kami. Kemudian, temanku yang memilih POA (Practical Office Advance) datang dan menanyaiku mengenai fitur-fitur Ms. Word. Aku membantunya. Dan tanpa terasa aku merasa lebih nyaman dengan POA. Aku masih panic dan berusaha untuk mempelajari desain sedikit. Ini benar-benar sedikit karena aku melihatnya saja curi-curi pada kakak kelasku yang sedang mempelajari Corel. Dan peserta Junior Multimedia pun dipanggil untuk duduk pada kursi serta laptop yang telah disediakan. Aku memutuskan untuk pindah. Pindah ke POA. Aku meninggalkan zona mencekam itu dan memilih zona nyaman.

Teman Cindy sempat memintaku untuk tetap pada Junior Multimedia, namun aku meragukan hal tersebut. Aku hanya bisa memberikan seulas senyum padanya. Dan ketika bidangku diuji, aku terjepit. Meja yang cukup untuk empat orang tadi, diatur ulang tempat duduknya. Sehingga ada dua orang yang menghadap meja didepan dan dua orang lagi menggunakan meja dibelakang. Aku mendapat kursi kedua dari samping dan menghadap ke belakang. Bertolak belakang dengan teman sebelahku yang menghadap ke meja depan. Aku bersebelahan dengan Gan. Ia teman sekelasku juga. Dan ia mengambil klaster/bidang Junior Multimedia. Dan dua orang sisanya diisi oleh laki-laki Junior Programming dan Junior Multimedia. Aku benar-benar terjepit. Semula aku ragu untuk merubah posisi. Tapi ini benar-benar terdesak juga campur baur. Sedari awal aku sudah mengingatkan diri untuk tetap menjaga posisi untuk tidak bercampur baur dengan laki-laki bukan mahram, dan setan menggoda selama aku menginap di hotel. Ya, Allah.. Masakah tetap seperti ini? Sedangkan aku tahu hukumnya tidak boleh. Akhirnya, kukumpulkan keberanian untuk meminta pindah tempat. Bu Sherli yang merupakan asesor/pengawas klaster POA mengijinkanku, “Kejepit ya disana?” “Iya, bu, kejepit disini.” Alhamdulillah aku bisa pindah dan duduk disamping Regina teman sesama klaster POA.

Ehm, kuakui jujur saja. Ini tidak semudah desain. Ini logika. Karena hanya diberi waktu 2 jam untuk menyelesaikan tiga soal, aku meloncati bagian Ms. Excel. Tapi, tersendat pada Ms. Powerpoint karena di soal tersebut meminta untuk menggandakan gambar grafik yang telah dibuat dari data yang dikerjakan pada Ms. Excel. Aku terdiam. Ini jalan buntu. Waktu juga sudah habis. Benar-benar tidak terasa sama sekali! Dengan langkah gontai aku menghampiri teman-teman yang lain. Dan bagai disambar petir, aku agak menyesal karena telah mengganti klaster. Teman-temanku di klaster Junior Multimedia bercerita bahwa soalnya tidak terlalu sulit. Aah!!! Ingin rasanya berteriak dan memutar waktu kembali! Aku hanya bisa nyengir. Menyesali keputusanku. Tapi, sudahlah. Toh, ini pelatihan untuk mengukur sejauh mana kemampuanku.

Malamnya, seperti biasa berkumpul dikamarku. Aku dan Dina satu kamar. Seka, Regina, Ika, Santi dan Luh berlainan kamar. Hanya Ika sendiri yang tidur dengan kakak kelas. Dina sebenarnya kurang menyukai keramaian, tapi aku suka. Karena sudah terlalu lama aku sendiri dalam duniaku. Dina mengalah. Bukannya belajar pada malamnya, kami malah sibuk bercerita ini dan itu. Hahaha, dasar cewek jiwa rumpinya selalu saja hidup! Syukurnya hal itu tak berlangsung lama. Jam Sembilan kami sudah berpencar ke teman-teman sesuai dengan klaster yang diambil. Otomatis aku dan Dina berpisah. Dia mengambil Junior Multimedia. Aku bergabung dengan Seka dan Regina.

Sebelumnya, kami berencana untuk menginap bersama! Walhasil aku dan beberapa teman lainnya menurunkan kasur tunggal bagian atas sehingga menjadi dua kasur. Celakanya, karena kurang aba-aba yang kuberikan pada Seka, kasur tersebut didorong sehingga mendorong meja tempat telepon dan meja tersebut terdorong terlalu jauh dan putuslah salah satu dari banyak kabel yang ada di meja sekaligus navigator lampu dikamar. Pias dan pucat terlihat pada wajah Regina, Seka, dan Santi. Ika, Luh dan Dina sedang keluar saat itu. Aku panik. Lagi-lagi panik! Ketika semuanya berkumpul, aku memberanikan diri memeriksa apa saja yang terlepas dari posisi awal. Syukurnya, kabel telepon tidak putus. Hanya lampu saja yang putus. Tapi cukup membuat stress seisi kamar. Akhirnya, Ika mengajukan diri untuk menelpon resepsionis. Responnya aneh. Disangkanya kami anak polos mungkin. Kami disuruh mengecek saklarnya. Hello! Ika menelpon kembali. Resepsionis pun mempertimbangkan. Kak Ayu, teman sekamar Ika pun datang dan sama sekali tidak mengetahui apa yang telah terjadi disini! Karena tak kunjung datang si service room, kami pun meminta kak Ayu untuk menelpon kembali. Hihi, beliau mau-mau aja kok! Dan ta-da! Datanglah si mas-mas ini. Tampangnya lumayan. Duh, salah fokus! Kak Ayu meminjam laptop Ika dan menonton video dari @KevinChocs. Walhasil tidak terlalu kentara bahwa yang telah menyebabkan matinya lampu ini adalah tujuh sekawan cewek-cewek imut. Masnya sibuk periksa ini dan itu. Aku hanya bisa memberikan instruksi lewat hati. Disitu yang rusak mas..! Bukan saklarnya tapi rangkaian kabelnya, mas..!!!! Gregetan banget! Akhirnya masnya menemukan! Alhamdulillah. Duh, aku meremas-remas tanganku yang berkeringat. Semoga berhasil. Semoga tidak rusak terlalu parah. Dan hoopla! Lampu menyala! Kami berteriak syukur.

Satu lagi, ketika paginya kami akan berangkat menuju Aula RRI, Regina dan Seka menitipkan laptop mereka pada brankas yang ada di kamar kami. Ika ikut. Dan dialah yang menutup brankas. Sekembalinya dari pelatihan, Dina lupa dimana menaruh kartu kamar. Ika juga lupa kode sandi yang dia masukan pada brankas kamar kami. Sedangkan laptop Regina ada didalamnya. Kacaulah hari itu. Benar-benar kacau. Sudah kartu kamar, kode brankas lagi. Akhirnya aku dan Dina mengungsi ke kamar Ika. Kami belum shalat, apalagi mandi. Badan lelah, pikiran apalagi. Ku telepon teman-teman yang lain, mungkin mereka pernah membawa kartu kamar kami. Tidak ada yang membawa. Dengar-dengar kabar juga, jika kartu kamar hilang kami harus menggantinya sebesar seratur ribu rupiah! Ya Allah.. Seka menelepon, ternyata Regina lupa mengembalikan kartu kamar kami. Syukurlah, satu masalah selesai.  Kemudian, beruntun masalah itu datang. Kode sandi brankas, kemudian kabel yang terlepas. Sempat kami mengutuk kamar serta hari ini adalah hari sial. Padahal gak boleh begitu kan...

Hari kedua berakhir dengan lelah, serta susahnya aku tidur di tempat baru (lagi).


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cara Save KRS Online

Yak, balik lagi untuk postingan tips dan trik. Karena berkaca dari pengalaman pribadi yang panik ga bisa save KRS. Sedangkan kuota untuk buka KRS lagi untuk diprint itu nggak ada. Okay, sila dibaca tutorial berikut ini.

Surel dari Murai (1)

       Zara POV Beberapa hari belakangan ini aku merasa bosan. Buku maupun ebook beberapa sudah kutamatkan. Tapi masih terasa sepi dan jenuh sekali. Harus ada aktivitas baru. Iseng kubuka email khusus korespondensi. Ternyata ada surel dari Murai masuk. Hampir sekitar sebulan lebih kami tidak pernah berkomunikasi. Entah aku yang terlalu sibuk atau mungkin dia juga sedang sibuk dengan aktivitas barunya mengajar anak-anak. Yah, intinya aku tidak ingin menyalahkan siapa pun atas berjaraknya pertemanan ini.

Surat untuk Murai (2)

(Dari Zara untuk Murai) Menulis balasan untuk Ai ternyata tidak semudah itu. Menuangkan dan menata ulang isi pikiran juga tidak gampang, tapi bukan sesuatu yang mustahil. Kuberanikan diri membalas e-mail Ai yang sudah berapa bulan ini tak tersentuh. Harapanku, semoga Ai mau membacanya. Kalau mode berbicara aku berharap Ai mau mendengarkan. Aku terbuka untuk solusi atau sekedar balasan simpati. Sebagai tanda bahwa tulisanku didengar olehnya. ______