Langsung ke konten utama

Pengalaman Berhijab

Susah bagiku untuk menjelaskan apa saja yang sudah terjadi selama beberapa hari terakhir ini. Banyak sekali kurasa. Mulai dari praktek kerja lapangan hingga masalah perjodohan yang sangat konyol. Alhamdulillah, besok aku sudah libur praktek. Sehingga dapat meluangkan waktu untuk menyalurkan hal-hal yang sudah sangat tidak sabar untuk segera keluar dari otakku. Begitulah aku, menyimpan semuanya dahulu baru kemudian menuangkannya dalam bentuk tulisan. Mungkin saja, beberapa orang yang membacanya merasa sejalan denganku atau tidak, tujuanku hanya untuk meringankan isi otakku saja. Terkesan egois? Bukan begitu, aku ingin agar pembaca menarik suatu kesimpulan dari kisahku ini, agar hal yang mungkin terjadi pada mereka bisa diminimalisir akibatnya.

Sebelumnya, ingin sekali kuceritakan kisah temanku. Dia perempuan, tentu saja. Namanya Meri, entah dengan "y" dan dobel "r", aku tidak begitu tahu. Dia memiliki pengalaman, yang menurutku lumayan menyesakkan melalui sudut pandang manusia biasa. Dia seorang muslimah. Aku mengenalnya melalui sebuah seminar kecil di sebuah kontrakan. Dia sudah memahami hakikat berpakaian seorang muslimah. Malu aku dibuatnya karena aku baru mengetahui hal itu ketika memasuki bangku SMK. Pakaian yang dimaksud adalah Jilbab dan Kerudung. Merasa heran?
 Tunggu sebentar. Jilbab dalam bahasa Indonesia adalah sebuah kain yang menutupi kepala bukan? Sedang kerudung juga bermakna sama, dalam bahasa Indonesia. Tunggu sebentar. Kenapa bisa seperti ini? Jika ditiliki lebih lanjut, perintah mengenakan kerudung dan jilbab ini berasal dari bahasa Arab. Lalu? Diartikan melalui bahasa Arab ke Indonesia, bukan Indonesia ke Arab. Untuk kerudung terdapat dalam surat An-Nur[24]: 31 yang isinya,"...Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung ke dadanya..." Kain kudung disini bahasa Arabnya khimar yang berarti kerudung. Kemudian, ayat yang menunjukkan memakai jilbab adalah surat al-Ahzab[33]: 59 yang isinya, "...Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka..." Dikatakan disana jilbab yang diulurkan ke seluruh tubuh mereka. Sudah jelas berbeda makna jilbab dan kerudung. Ini perintah yang Allah berikan kepada seluruh wanita muslimin dimana pun mereka berada (periksa kembali ayat ke-59 surat al-Ahzab). Allah melanjutkan di ayat yang sama, "...Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak diganggu..." Maka, sudah tidak alasan lagi tidak menggunakan kerudung dan jilbab. Terutama di sekolahku yang mayoritas siswa laki-laki. Sebelumnya aku menggunakan celana, karena menurut kebijakan sekolah agar siswi mereka tidak diganggu oleh siswa disana. Namun, manusia memang mempunyai banyak kekurangan termasuk dalam mengetahui apa-apa saja yang dibutuhkannya, dan dalam hal ini adalah pakaian para perempuan. Cukup tentangku.

Meri saat itu sedang dalam masa orientasi siswa di sekolahnya. Hari pertama MOS, dia menggunakan jilbab, karena sepemahamannya itulah pakaian seorang wanita muslim. Akan tetapi sesampainya di sekolah, Meri mendapat respon negatif dari seniornya. Mendapat komentar keras dari pihak seniornya, dia pun mengganti jilbabnya menjadi baju dan celana panjang. Ketika mengenakannya, Meri merasa takut dan aneh. Karena memang tidak terbiasa memakai celana. Alhamdulillah setelah selesai masa "orientasi" tersebut, Meri dapat mengenakan kembali jilbabnya. Akan selalu saja ada yang menghalanginya! Akhirnya Meri dipanggil kepala sekolah perihal pakaiannya "yang tidak biasa". Meri pun berusaha menjelaskan kepada kepala sekolah mengapa ia menggunakan kerudung dan jilbab seperti itu. Sekali memang belum memberikan efek yang keras, sepertinya. Karenanya, Meri kembali dipanggil oleh pihak sekolah. Entah sudah berapa kali dia dipanggil, alhamdulillah Allah memberikan kemudahan baginya. Meri diizinkan menggunakan jilbab dan kerudung syar'i. 
Cerita yang singkat memang, karena Meri tidak menjelaskan secara detail saat seminar. Akan tetapi sangat cukup untuk membuatku malu mengapa tidak sedari dulu mengenakan pakaian syar'i. Niatku juga dulu, menggunakan kerudung besar setelah putus dari pacarku. Sangat konyol mungkin, tapi aku ingin menghilangkan yang tersembunyi dahulu baru kemudian berubah pelan-pelan. Alhamdulillah, sekarang kau sudah memakai kerudung dan jilbab. Temanku juga sudah. Sempat beberapa kali mendapat teguran mengapa memakai rok, dari luar terlihat seperti aku memakai baju dan rok. Namun, baju dan rok itu sudah dijahit menjadi satu bagian dengan adanya rompi didalam. Bingung? Coba lihat dan perhatikan gambar yang sudah kubuat. Seperti inilah jilbabku. Mereka menjadi satu kesatuan sehingga memenuhi syarat menutupi seluruh tubuh. Untuk kerudungnya tidak boleh tipis, sehingga jika memakai kerudung paris didobelkan dan diulurkan melebihi dada, karena dengan Allah kita tidak boleh pas-pasan. Dan tidak lupa, tidak boleh berlebihan. Karena Allah sudah melarang keras di dalam surat lainnya yaitu surat al-Ahzab[33]: 33.

Jilbab SMK

Komentar

  1. Sebenarnya saya dulu risih juga kalo pake hijab, tapi ketika pakai hijab dari PRODUSEN MUKENA KATUN JEPANG saya malah lebih suka karena mukenanya nyaman, lembut dan adem. coba klik aja di www.mukenadistro.com.
    Makasih ya mbak udah berbagi cerita...

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cara Save KRS Online

Yak, balik lagi untuk postingan tips dan trik. Karena berkaca dari pengalaman pribadi yang panik ga bisa save KRS. Sedangkan kuota untuk buka KRS lagi untuk diprint itu nggak ada. Okay, sila dibaca tutorial berikut ini.

Surel dari Murai (1)

       Zara POV Beberapa hari belakangan ini aku merasa bosan. Buku maupun ebook beberapa sudah kutamatkan. Tapi masih terasa sepi dan jenuh sekali. Harus ada aktivitas baru. Iseng kubuka email khusus korespondensi. Ternyata ada surel dari Murai masuk. Hampir sekitar sebulan lebih kami tidak pernah berkomunikasi. Entah aku yang terlalu sibuk atau mungkin dia juga sedang sibuk dengan aktivitas barunya mengajar anak-anak. Yah, intinya aku tidak ingin menyalahkan siapa pun atas berjaraknya pertemanan ini.

Surat untuk Murai (2)

(Dari Zara untuk Murai) Menulis balasan untuk Ai ternyata tidak semudah itu. Menuangkan dan menata ulang isi pikiran juga tidak gampang, tapi bukan sesuatu yang mustahil. Kuberanikan diri membalas e-mail Ai yang sudah berapa bulan ini tak tersentuh. Harapanku, semoga Ai mau membacanya. Kalau mode berbicara aku berharap Ai mau mendengarkan. Aku terbuka untuk solusi atau sekedar balasan simpati. Sebagai tanda bahwa tulisanku didengar olehnya. ______