Langsung ke konten utama

Mencontek: Awal Menjadi Koruptor

Para pelajar kini nekat mencontek karena hanya ada 2,6 juta kursi mahasiswa baru untuk pelajar lulusan sekolah menengah yang jumlahnya mencapai 9,5 juta. Sepertinya bukan salah bila negeri ini penuh dengan para koruptor. Sejak muda, sistem pendidikan yang disediakan telah menjadikan ketidakjujuran terbangun secara kuat dalam diri. Sistem penilaian yang lebih mengutamakan otak pengingat, menjadikan sebafian besar siswa yang belum mampu membangun sistem mengingat memerlukan alat bantu. "Membatik" merupakan sebuah pola yang umumnya diterapkan , baik membatik di atas meja, dinding secarik kertas, hingga dibalik pakaian ataupun di bagian tubuh. Ketika ini kemudian terjadi secara berulang, dua hal yang telah dimatikannya, yaitu kejujuran dan kreatifitas. Hingga saat ini korupsi menjadi budaya, lebih dikarenakan paham ketidakjujuran telah mendarah daging. Ketidakjujuran menyatu dalam setiap aliran darah dan napas kehidupan. Hasilnya adalah kapasitas menjadi seorang koruptor menjadi semakin mapan dan dikuasai secara maksimal. Akhirnya, hanya mereka yang belum punya kesempatan yang tidak akan korupsi.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cara Save KRS Online

Yak, balik lagi untuk postingan tips dan trik. Karena berkaca dari pengalaman pribadi yang panik ga bisa save KRS. Sedangkan kuota untuk buka KRS lagi untuk diprint itu nggak ada. Okay, sila dibaca tutorial berikut ini.

Surel dari Murai (1)

       Zara POV Beberapa hari belakangan ini aku merasa bosan. Buku maupun ebook beberapa sudah kutamatkan. Tapi masih terasa sepi dan jenuh sekali. Harus ada aktivitas baru. Iseng kubuka email khusus korespondensi. Ternyata ada surel dari Murai masuk. Hampir sekitar sebulan lebih kami tidak pernah berkomunikasi. Entah aku yang terlalu sibuk atau mungkin dia juga sedang sibuk dengan aktivitas barunya mengajar anak-anak. Yah, intinya aku tidak ingin menyalahkan siapa pun atas berjaraknya pertemanan ini.

Surat untuk Murai (2)

(Dari Zara untuk Murai) Menulis balasan untuk Ai ternyata tidak semudah itu. Menuangkan dan menata ulang isi pikiran juga tidak gampang, tapi bukan sesuatu yang mustahil. Kuberanikan diri membalas e-mail Ai yang sudah berapa bulan ini tak tersentuh. Harapanku, semoga Ai mau membacanya. Kalau mode berbicara aku berharap Ai mau mendengarkan. Aku terbuka untuk solusi atau sekedar balasan simpati. Sebagai tanda bahwa tulisanku didengar olehnya. ______