Langsung ke konten utama

Yang Pertama

Orang-orang itu pernah mendapat posisi terdekat dalam hidup saya. Akan tetapi, akhir-akhir ini sering teringat kepada mereka yang sekarang berbeda jalur dengan tujuan yang sama. Ingin memberitahu jalan pintas, namun tak kunjung mendapat sinyal penerimaan. Luka hati disebabkan menjauhnya mereka atau saya menjauhkan diri dari mereka. Ketika mereka menemukan jalan baru yang lebih cepat, ingin rasanya menerima kabar. Kecewa dan sedih ketika berpikir, "Mengapa harus saya duluan?" Lalu tepukan halus menyapa bahu ringkuh ini. Senyuman. Kebaikan tak pantas disembunyikan.
Menjadi yang pertama tak selalu buruk. Mereka dapat mencontohnya. Walau sulit dikembangkan, yakinlah Dia membantumu. Perasaan rindu untuk bersama mereka begitu mendalam, ketika situasi terulang sama berkali-kali. Berkumpul, bercanda, dan meracau keinginan yang belum tersampaikan. Terkadang sesak juga dada ini, hanya bisa memikirkannya tanpa menghasilkan tindakan  pendukungnya. Banyak sekali kesalahan yang telah dilakukan, perasaan malu terkuak telah mengenal mereka. Maukah mereka memaafkan raga pemicu masalah ini?

Komentar

  1. pasti!!!!!
    pasti mereka akan memaafkannya..
    terus lah berusaha untuk mendapatkan maaf itu :)

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cara Save KRS Online

Yak, balik lagi untuk postingan tips dan trik. Karena berkaca dari pengalaman pribadi yang panik ga bisa save KRS. Sedangkan kuota untuk buka KRS lagi untuk diprint itu nggak ada. Okay, sila dibaca tutorial berikut ini.

Surel dari Murai (1)

       Zara POV Beberapa hari belakangan ini aku merasa bosan. Buku maupun ebook beberapa sudah kutamatkan. Tapi masih terasa sepi dan jenuh sekali. Harus ada aktivitas baru. Iseng kubuka email khusus korespondensi. Ternyata ada surel dari Murai masuk. Hampir sekitar sebulan lebih kami tidak pernah berkomunikasi. Entah aku yang terlalu sibuk atau mungkin dia juga sedang sibuk dengan aktivitas barunya mengajar anak-anak. Yah, intinya aku tidak ingin menyalahkan siapa pun atas berjaraknya pertemanan ini.

Surat untuk Murai (2)

(Dari Zara untuk Murai) Menulis balasan untuk Ai ternyata tidak semudah itu. Menuangkan dan menata ulang isi pikiran juga tidak gampang, tapi bukan sesuatu yang mustahil. Kuberanikan diri membalas e-mail Ai yang sudah berapa bulan ini tak tersentuh. Harapanku, semoga Ai mau membacanya. Kalau mode berbicara aku berharap Ai mau mendengarkan. Aku terbuka untuk solusi atau sekedar balasan simpati. Sebagai tanda bahwa tulisanku didengar olehnya. ______