Langsung ke konten utama

Kataku Padamu

Bertemu denganmu bukan harapanku. Bertemu denganmu bukan bagian dari rencanaku. Sepeda serta keluarga yang serderhana tak pernah membuatku memandang rendah dirimu, kau tahu. Masih berharap padamu itulah aku. Tak tahu apa yang kau rasakan, itulah yang sedang terjadi padaku. Kecewa denganmu, itu juga yang terasa padaku. Tak tahukah kau, yang ku inginkan sebenarnya adalah isi kepalamu berubah! Hanya itu. Memberatkan bagimu? Untuk kebaikan dirimu semata suliltkah bagimu? Hanya itu inginku. Sepeda, ku suka itu lebih dari sepeda motor. Sebabnya sepeda tak mengeluarkan polusi yang menggangguku. Keluarga sederhana, ku ingin seperti itu lebih dari apa pun. Bersama adik dan ayah dalam satu perjalanan.
Tertawa bersama dengan mereka. Menurutku kau tak kekurangan apa pun! Karena ku ingin yang terjadi padamu juga terjadi padaku! Tidakkah kau mengerti apa yang terlihat dan dirasakan sungguh sangat berbeda. Jatuh tak sadar air mata dari penampungannya melihatmu bersama mereka, adik dan ayahmu. Kebersamaan itu belum ku miliki. Bukan fisikmu dan kekayaanmu yang kulihat. Yang ingin sekali kulihat adalah isi kepalamu! Sudahkah berubah dari yang dulu dengan yang sekarang? Kenapa tidak berubah? Atau kau sendiri yang tak mau berubah?

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cara Save KRS Online

Yak, balik lagi untuk postingan tips dan trik. Karena berkaca dari pengalaman pribadi yang panik ga bisa save KRS. Sedangkan kuota untuk buka KRS lagi untuk diprint itu nggak ada. Okay, sila dibaca tutorial berikut ini.

Surel dari Murai (1)

       Zara POV Beberapa hari belakangan ini aku merasa bosan. Buku maupun ebook beberapa sudah kutamatkan. Tapi masih terasa sepi dan jenuh sekali. Harus ada aktivitas baru. Iseng kubuka email khusus korespondensi. Ternyata ada surel dari Murai masuk. Hampir sekitar sebulan lebih kami tidak pernah berkomunikasi. Entah aku yang terlalu sibuk atau mungkin dia juga sedang sibuk dengan aktivitas barunya mengajar anak-anak. Yah, intinya aku tidak ingin menyalahkan siapa pun atas berjaraknya pertemanan ini.

Surat untuk Murai (2)

(Dari Zara untuk Murai) Menulis balasan untuk Ai ternyata tidak semudah itu. Menuangkan dan menata ulang isi pikiran juga tidak gampang, tapi bukan sesuatu yang mustahil. Kuberanikan diri membalas e-mail Ai yang sudah berapa bulan ini tak tersentuh. Harapanku, semoga Ai mau membacanya. Kalau mode berbicara aku berharap Ai mau mendengarkan. Aku terbuka untuk solusi atau sekedar balasan simpati. Sebagai tanda bahwa tulisanku didengar olehnya. ______