Langsung ke konten utama

Love = Null !

Berdasarkan penelitian gue selama beberapa waktu terakhir, gue dapat sedikit dari banyak sekali kesimpulan tentang cinta. Cinta indah pada orang yang tepat. Cinta manis rasanya bila dicicipi dengan orang yang tepat pula. Sebelum semua itu terjadi, kita butuh Nol. Kenapa Nol? Nol mungkin terdengar remeh. Apa sih yang bisa dilakukan oleh Nol ini? Dibalik cercaan singkat tersebut, ternyata suatu rahasia tersingkap. Penuh debu, kutemukan kekuatan sang Nol. Nol adalah awal dari segalaya. Tidak ada yang bisa dicapai jika kita tidak memulainya dari Nol. Ya, begitulah cinta. Tanpa Nol yang merupakan dasar dari suatu perasaan,  datangnya darimana perasaan melayang atau seakan-akan terdapat kupu-kupu yang beterbangan di perut ketika disapa lawan jenis yang disuka? Untuk komputer saja, kalau tidak ada yang menemukan Nol tidak akan ada yang namanya laptop dimana laptop merupakan hasil kembangan dari komputer. Pertanyaannya, sudah di angka berapa kita sekarang? Renungkan saja. Nomor 1 tentu saja untuk Yang Menciptakan Nol. Selanjutnya, orang tua, karena bagaimana pun merekalah yang pertama kali mengajari apa itu cinta dan kasih sayang.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cara Save KRS Online

Yak, balik lagi untuk postingan tips dan trik. Karena berkaca dari pengalaman pribadi yang panik ga bisa save KRS. Sedangkan kuota untuk buka KRS lagi untuk diprint itu nggak ada. Okay, sila dibaca tutorial berikut ini.

Surel dari Murai (1)

       Zara POV Beberapa hari belakangan ini aku merasa bosan. Buku maupun ebook beberapa sudah kutamatkan. Tapi masih terasa sepi dan jenuh sekali. Harus ada aktivitas baru. Iseng kubuka email khusus korespondensi. Ternyata ada surel dari Murai masuk. Hampir sekitar sebulan lebih kami tidak pernah berkomunikasi. Entah aku yang terlalu sibuk atau mungkin dia juga sedang sibuk dengan aktivitas barunya mengajar anak-anak. Yah, intinya aku tidak ingin menyalahkan siapa pun atas berjaraknya pertemanan ini.

Surat untuk Murai (2)

(Dari Zara untuk Murai) Menulis balasan untuk Ai ternyata tidak semudah itu. Menuangkan dan menata ulang isi pikiran juga tidak gampang, tapi bukan sesuatu yang mustahil. Kuberanikan diri membalas e-mail Ai yang sudah berapa bulan ini tak tersentuh. Harapanku, semoga Ai mau membacanya. Kalau mode berbicara aku berharap Ai mau mendengarkan. Aku terbuka untuk solusi atau sekedar balasan simpati. Sebagai tanda bahwa tulisanku didengar olehnya. ______