Langsung ke konten utama

Ramadhan 1434 H

Bulan istimewa akhiri usianya tahun ini. Tinggalkan kenangan menenangkan hati. Rindu hati ini akan tenangnya malam tarawih. Tak urung menginginkannya kembali. Gema takbiran pun terdengar di seluruh pelosok negeri. Kampung halaman menjadi perbincangan. Ya, nikmati bulan ini dengan keluarga. Bulan putih suci dan penuh berkah ini harus memberikan giliran untuk saudaranya. Raga diisi hal-hal baik selama berlangsungnya bulan ini, mampukah ia memimpin kebaikan yang ada pada dirinya untuk bulan-bulan selanjutnya?
Ramadhan dari tahun ke tahun mempunyai kejutan yang berbeda bagi pencari kejutan. Kenikmatannya pun hanya bisa dirasakan oleh pencari nikmat semata. Malam yang begitu malam, tak dirasakan badan ini. Seolah-olah waktu isya didiamkan begitu saja. Dengan manusia lain, dihidupkannya sunyi malam dengan lantunan ayat-ayat suci. Teriknya matahari menjadi ujian dahaga. Perilaku tak enak, tugas kesabaran. Bulan yang begitu agung juga terdapat berbagai ujian, sudah seberapa banyak yang kita dapatkan dalam merespon hidup. Sungguh, bulan yang sangat dirindukan. Perbuatan baik sekecil apa pun dilipat gandakan balasannya. Meramaikan rumah Sang Pencipta dengan melaksanakan perintahnya. Banyak penyesalan yang terjadi. Andai bisa diputar ulang, laksanakan tugas dari-Nya dengan penuh penghayatan. Lalu, tersadar hati ini, tak dapat bertahan selama yang diinginkan. Maka, pertemukanlah mereka dengan yang akan datang. Aamiin.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cara Save KRS Online

Yak, balik lagi untuk postingan tips dan trik. Karena berkaca dari pengalaman pribadi yang panik ga bisa save KRS. Sedangkan kuota untuk buka KRS lagi untuk diprint itu nggak ada. Okay, sila dibaca tutorial berikut ini.

Surel dari Murai (1)

       Zara POV Beberapa hari belakangan ini aku merasa bosan. Buku maupun ebook beberapa sudah kutamatkan. Tapi masih terasa sepi dan jenuh sekali. Harus ada aktivitas baru. Iseng kubuka email khusus korespondensi. Ternyata ada surel dari Murai masuk. Hampir sekitar sebulan lebih kami tidak pernah berkomunikasi. Entah aku yang terlalu sibuk atau mungkin dia juga sedang sibuk dengan aktivitas barunya mengajar anak-anak. Yah, intinya aku tidak ingin menyalahkan siapa pun atas berjaraknya pertemanan ini.

Surat untuk Murai (2)

(Dari Zara untuk Murai) Menulis balasan untuk Ai ternyata tidak semudah itu. Menuangkan dan menata ulang isi pikiran juga tidak gampang, tapi bukan sesuatu yang mustahil. Kuberanikan diri membalas e-mail Ai yang sudah berapa bulan ini tak tersentuh. Harapanku, semoga Ai mau membacanya. Kalau mode berbicara aku berharap Ai mau mendengarkan. Aku terbuka untuk solusi atau sekedar balasan simpati. Sebagai tanda bahwa tulisanku didengar olehnya. ______