Langsung ke konten utama

My Relationship (1)

Setelah sekian lama menanti untuk menulis, akhirnya datang juga kesempatan ini. Hmm, yang pertama ingin gue tulis mungkin tentang guru-guru gokil di sekolah gue.

1. Guru Math
Entah hubungan macam apa yang gue miliki dengan guru yang satu ini. Mungkin karena galdar kami sama-sama O, atau hal lain. Gue suka memperhatikan tingkah laku guru-guru yang sedang mengajar di kelas gue yang dipenuhi siswa siswi bandel, barbar, dan jenius secara random. Guru ini kuat banget mentalnya, permirsa!! Mau diperhatiin ato nggak pas ngajar, dia tetep go straight ahead! Ga peduli, muridnya ngerti ato nggak dia tetep ngajar! Benar-benar dah guru ini. Cuman, gue seneng sama beliau karena nilai gue alhamdulillah bagus di absen dia, wkwk.
Puncak penelitian gue adalah kemarin, hari Sabtu. Kebetulan, mapel Math ini mulai di jam 7-8. Kabarnya ulangan Matriks diundur, gue sih jadi santai mendengar kabar itu sambil mengedit tugas corel gue di ruang Math. Lagi asik-asiknya ngedit, jedder! Beliau dateng!!! Dan ternyata ulangan diadakan -__- gue gak ada persiapan sama sekali! Begadang pun, hanya menghasilkan brosur setengah. Gue sangat santai di hari Sabtu itu. Gue bersiap sekolah aja jam 6.40. Hahaha, emang dasar gue ini sekalinya santai itu santaaaai banget XD kakak gue malah ngomelin gue, "Dek, udah jam 7.15 lho ini!!" Dengan santai pula gue menjawab teguran kakak gue itu, "Seloo, STM ntu ngaret..,". Dengan ogah-ogahan pula gue berangkat. Oke, lanjut ke guru Math... Ketika mengerjakan ulangan gue sempat mengeluarkan usulan, "Bu, boleh ga ulangannya dikumpulin hari Kamis?". Beliau ga jawab. Lanjut deh gue ngerjain soalnya, dengan otak blank. Berusaha mengingat segala cara yang telah diajarkan. Bu guru masih berdiri di depan gue, sembari memberikan omelan terhadap muridnya yang teball sekali telinganya. Gue sih ketawa aja, ga tau siapa yang diomel dan disindir. Temen sebangku gue, Dina, turut tertawa. Setelah selesai ngomel, Dina bertanya, "Ndi, sebenernya kamu tau gak siapa yang diomel bu guru?" Dengan polos, gue berkata, tidak. Makin, ngakaklah dia manusia ini. Percakapan yang terjadi adalah:
"Bu guru tadi nyindir kamu tau!"
"Masak? Tapi kenapa ada nyangkut tentang file, bank soal, sama harddisk?" gue masih gak ngerti.
Dina kembali tertawa.
"Itu dah yang saya bingungin. Tapi, kayaknya kamu yang salah deh," hasil analisanya.
"Loh, kok bisa?! Saya kan gak bilang apa-apa daritadi..."
"Mungkin bu guru denger kamu protes tadi itu gini, 'Bu boleh ndak saya kumpulin ulangannya pake harddisk?'"
"Haah?"
"Kamu dah yang salah itu,"
"Yohh, ndak bisa sih! Saya bilangnya kamis kenapa didenger harddisk. Bukan saya sih yang salah!! Pantes beliau bilang tadi, 'Jangan nantangin kamu! Nanti bu guru suruh kamu cari bank soal matematika sampe seratus trus kamu simpen dia file-file itu di harddisk,'" jelas gue.
Dina ngakak, speechless dia. Koneksi gue dengan guru Math lagi bermasalah.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cara Save KRS Online

Yak, balik lagi untuk postingan tips dan trik. Karena berkaca dari pengalaman pribadi yang panik ga bisa save KRS. Sedangkan kuota untuk buka KRS lagi untuk diprint itu nggak ada. Okay, sila dibaca tutorial berikut ini.

Surel dari Murai (1)

       Zara POV Beberapa hari belakangan ini aku merasa bosan. Buku maupun ebook beberapa sudah kutamatkan. Tapi masih terasa sepi dan jenuh sekali. Harus ada aktivitas baru. Iseng kubuka email khusus korespondensi. Ternyata ada surel dari Murai masuk. Hampir sekitar sebulan lebih kami tidak pernah berkomunikasi. Entah aku yang terlalu sibuk atau mungkin dia juga sedang sibuk dengan aktivitas barunya mengajar anak-anak. Yah, intinya aku tidak ingin menyalahkan siapa pun atas berjaraknya pertemanan ini.

Surat untuk Murai (2)

(Dari Zara untuk Murai) Menulis balasan untuk Ai ternyata tidak semudah itu. Menuangkan dan menata ulang isi pikiran juga tidak gampang, tapi bukan sesuatu yang mustahil. Kuberanikan diri membalas e-mail Ai yang sudah berapa bulan ini tak tersentuh. Harapanku, semoga Ai mau membacanya. Kalau mode berbicara aku berharap Ai mau mendengarkan. Aku terbuka untuk solusi atau sekedar balasan simpati. Sebagai tanda bahwa tulisanku didengar olehnya. ______