Langsung ke konten utama

Our Skill

Wah, nggak terasa ternyata udah lama ga kesini. Terakhir bulan Juli dan sekarang udah Oktober bahkan mau masuk November aja...

Salah satu pesan yang buat saya mau nengok kesini lagi adalah
"Potensi yang diberikan kepada kita tapi tak kunjung kita gunakan, bisa jadi Allah akan mencabutnya."

Walau memang dalam dunia menulis saya ga jago-jago sekali, tapi setidaknya masih bisa diasah untuk dioptimalkan. Sebab banyak sekali orang yang punya keahlian, tapi justru keahliannya itu tidak digunakan untuk menyebarkan kebaikan. Atau setidaknya keahlian itu digunakan untuk keperluan dirinya sendiri. Agar jangan sampai potensi itu terbuang sia-sia. Untuk mengetahui potensi kita, coba yuk di list hobi kita apa.

contoh:
Saya suka baca buku.
Saya suka main game. (hadeuh)
Saya suka jahit.
Saya suka masak.
Saya suka nonton youtube
de el el

Setelah list hobi, sekarang kita list lagi. Waktu kita sebagian besar tersita untuk melakukan apa aja sih?

contoh:
Chatting via WhatsApp
Cek snapgram di Instagram
Wisata kuliner
Tidur
Ngerjain tugas (dew, rajin yak...)
Ngurus tanaman
de el el

Nah dua list tadi itu bisa sedikit nggak ngegambarin potensi kita di bidang apa. Seiring waktu berjalan potensi kita juga bisa berkembang dari sub-sub potensi yang sudah ditemukan. Jadi, jangan siakan waktumu. Terus berkarya!


Salam,
Indi
gadis yang mencoba untuk aktif menulis

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cara Save KRS Online

Yak, balik lagi untuk postingan tips dan trik. Karena berkaca dari pengalaman pribadi yang panik ga bisa save KRS. Sedangkan kuota untuk buka KRS lagi untuk diprint itu nggak ada. Okay, sila dibaca tutorial berikut ini.

Surel dari Murai (1)

       Zara POV Beberapa hari belakangan ini aku merasa bosan. Buku maupun ebook beberapa sudah kutamatkan. Tapi masih terasa sepi dan jenuh sekali. Harus ada aktivitas baru. Iseng kubuka email khusus korespondensi. Ternyata ada surel dari Murai masuk. Hampir sekitar sebulan lebih kami tidak pernah berkomunikasi. Entah aku yang terlalu sibuk atau mungkin dia juga sedang sibuk dengan aktivitas barunya mengajar anak-anak. Yah, intinya aku tidak ingin menyalahkan siapa pun atas berjaraknya pertemanan ini.

Surat untuk Murai (2)

(Dari Zara untuk Murai) Menulis balasan untuk Ai ternyata tidak semudah itu. Menuangkan dan menata ulang isi pikiran juga tidak gampang, tapi bukan sesuatu yang mustahil. Kuberanikan diri membalas e-mail Ai yang sudah berapa bulan ini tak tersentuh. Harapanku, semoga Ai mau membacanya. Kalau mode berbicara aku berharap Ai mau mendengarkan. Aku terbuka untuk solusi atau sekedar balasan simpati. Sebagai tanda bahwa tulisanku didengar olehnya. ______