Langsung ke konten utama

Freeze or pra-Explode?

Gue lagi panaaaas banget hari ini. Tapi panasnya udah gak sepanas tadi. Gue terpilih menjadi kandidat ketua SNC yang baru. Kampretnya, gue disuruh bikin visi dan misi. Gue lagi gak ada otak tentang hal itu. Pas gue nyampein orasi gue, gue ngblank karena gue punya prinsip gini. Gak mau hal yang muluk-muluk jadi visi dan misinya. Gue gak terlalu suka planning karena takutnya nanti gak bisa ngelakuin apa yang udah gue omongin gitu kan. Wiiw, gue dapet tusukan pisau tajam dari bang Tono. Entah itu orang emang gak suka sama gue atau gimana ya. Sampe gue denger mbak Mimzah bilang, “Nusuk banget.. blabla”. Dan gue
tersadar, bagaimana rasanya ketika seseorang tidak menyukai kamu dan mengharapkan kesalahan dalam penampilanmu. Gue sangat sadar akan hal itu. Ketika dia ngasi gue pertanyaan tentang orasi itu, gue freeze. Gue udah jawab, tapi suara gue agak kecil. Jadi, kesangka gue ga jawab. Dasar budek *eh. Setelah semuanya selesai. Abang yang lain kasi masukan lagi. Untuk gue khususnya. Di depan yang lain broo!! Gue cuma bisa berusaha memahami apa saja makna dari itu semua. Sepulangnya, partner gue nanya,"Tadi kenapa gak bisa jawab? Saya kira kamu bakal lancang". Gue cuma bisa diem. She know it already. Kalo dibilang pengen lancang, ni mulut udah gatel banget sebenarnya. Tapi, entah apa yang membuat gue bungkam. Mungkin karena kebiasaan di rumah, pendapat gue sangat jarang didengarkan apalagi diterima. Gue mikirnya kesitu. Karena udah jadi kebiasaan. Padahal, jujur ya Allah, jawabannya sudah ada di otak gue, Tinggal lidah gue yang keluarin.

Q: Bagaimana caranya menyelesaikan masalah yang ribet menjadi simpel?
A: .... *dengan menganggap yang ribet itu simpel. Karena dengan berfikir begitu kita akan bertindak semestinya saja tidak berlebihan.
Q: Semua masalah itu dibilang ribet, jadi kita perlu perencanaan untuk *duh lupa*.
A: .... *saya gak mau ngumbar visi dan misi saya karena saya takut saya tidak bisa melakukan apa yang sudah saya bicarakan. Bukannya pesimis atau bagaimana tapi kehidupan adalah suatu hal yang tidak dikontrol, dan terkadang tidak mengikuti rencana rapi kita. Bukan berarti saya gak punya visi misi, tetapi belum saya pikirkan lebih lanjut. 

Jujur banyaaak banget yang pengen gue omongin, tapi dan banyak tapinya lagi. Ini bukan gue males mikir ya, bukan! Setiap manusia mempunyai 2 sisi yang berbeda, sisi yang pertama untuk ditunjukkan ke dunia dan sisanya untuk dirinya sendiri. Kebanyakan mungkin gue simpan untuk diri gue sendiri kali ya... Nyampe rumah udah magrib. Biasanya gue makan dulu, ini habis saliman langsung nguber masuk kamar mandi. Dan gue ngamuk sepuasnya. Kalo emang gak suka sama gue itu abang biasa aja dong! Gak pengen ngeliat gue di organisasi itu lagi? Beneran itu maunya? Kalo iya, mah dengan senang hati jiwa raga gue angkat kaki dari sana. Dan oh ya tak lupa gue mengambil pelajaran dari sana. Berbicara tentang visi dan misi itu sangat penting untuk menjelaskannya secara detail. Agar pertanyaan yang diajukan pun terbatas karena sudah mendetail sehingga tidak perlu lagi dijelaskan lebih lanjut. Ini mirip sedikit sama parameternya debat.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cara Save KRS Online

Yak, balik lagi untuk postingan tips dan trik. Karena berkaca dari pengalaman pribadi yang panik ga bisa save KRS. Sedangkan kuota untuk buka KRS lagi untuk diprint itu nggak ada. Okay, sila dibaca tutorial berikut ini.

Surel dari Murai (1)

       Zara POV Beberapa hari belakangan ini aku merasa bosan. Buku maupun ebook beberapa sudah kutamatkan. Tapi masih terasa sepi dan jenuh sekali. Harus ada aktivitas baru. Iseng kubuka email khusus korespondensi. Ternyata ada surel dari Murai masuk. Hampir sekitar sebulan lebih kami tidak pernah berkomunikasi. Entah aku yang terlalu sibuk atau mungkin dia juga sedang sibuk dengan aktivitas barunya mengajar anak-anak. Yah, intinya aku tidak ingin menyalahkan siapa pun atas berjaraknya pertemanan ini.

Surat untuk Murai (2)

(Dari Zara untuk Murai) Menulis balasan untuk Ai ternyata tidak semudah itu. Menuangkan dan menata ulang isi pikiran juga tidak gampang, tapi bukan sesuatu yang mustahil. Kuberanikan diri membalas e-mail Ai yang sudah berapa bulan ini tak tersentuh. Harapanku, semoga Ai mau membacanya. Kalau mode berbicara aku berharap Ai mau mendengarkan. Aku terbuka untuk solusi atau sekedar balasan simpati. Sebagai tanda bahwa tulisanku didengar olehnya. ______