Langsung ke konten utama

Normal


Berada di kawasan orang normal tanpa disadari membuat kita memaksakan diri untuk menjadi normal. Gue yang sebenarnya gak boleh berlari menjadi berlari ketika teman-teman gue berlari dikarenakan sudah terlambat. Terkadang gue pengen berada di kawasan gue, kawasan khusus skoliosis. Meskipun sama-sama kekurangan tapi setidaknya kami saling memahami dan membantu satu sama lain. Di kawasan normal, orang di sekitar gue menuntut gue untuk berlaku normal setiap saat. Bapak gue, teman gue. mungkin maksud mereka baik, tapi hal itu kuranglah baik bagi kondisi fisik gue. bapak gue menyuruh gue untuk mengikuti ekstrakulikuler basket. Teman gue meminta gue untuk mengikuti salah satu beladiri. Jika gue ber-fisik normal akan dengan mudah gue katakan “ya” untuk semua tawaran tersebut. Tapi apa yang terjadi? Mereka menganggap gue normal karena gue berada dalam kawasan normal dan lingkungan yang normal. Tidak bisakah gue meminta lingkungan yang mengerti keadaan gue? Adakah tempat yang seperti itu? Tempat dimana gue bisa merasakan bahwa gue sama dengan yang lain tanpa harus memaksakan kehendak gue untuk melakukan sesuatu yang terlarang untuk kondisi gue. Gue mencari tempat yang normal namun perlakuan normal tersebut tidak berlaku bagi yang kekurangan.
Terlebih lagi jika kita didengarkan tapi tidak dimengerti. Itu sungguh menyakitkan!!!!

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cara Save KRS Online

Yak, balik lagi untuk postingan tips dan trik. Karena berkaca dari pengalaman pribadi yang panik ga bisa save KRS. Sedangkan kuota untuk buka KRS lagi untuk diprint itu nggak ada. Okay, sila dibaca tutorial berikut ini.

Book Review: Intelegensi Embun Pagi

Baru nyadar nulis ini ternyata dari bulan September 2017 tapi lupa dipublikasikan haha. Jadi ya tulisannya ya begitu.  Dan kelanjutan dari buku ini, info dari blognya Dee Lestari, bakal ada. Walau waktunya entah kapan. Seri Terakhir itu berjudul Permata. Seorang Peretas yang lahir dari Zarah dan Gio.  BOOK REVIEW: Setelah baca serial Supernova, kecuali KPBJ (Kesatria, Putri, dan Bintang Jatuh), saya jadi ngebet pengen tulis buku sendiri. Satu hal yang paling saya suka dari serial ini adalah adanya unsur ilmiah. Meski dibungkus dengan kisah fantasi beberapa diantaranya termuat informasi ilmiah, seperti tentang Mimpi (Gelombang), tetumbuhan (Partikel), listrik sebagai media penyembuhan (Petir), dan enaknya traveling (Akar). Dan setelah rampung membaca Intelegensi Embun Pagi (IEP ) saya semakin dibuat ngebeeet ingin melakukan riset yang entah apa. Perasaan menggebu-gebu seolah terlarut dalam alur cerita dan endingnya kebawa sampai mimpi, ini ciri khas kalo saya sudah suka ban...