
Ketika menjelajahi dunia maya, tak sengaja ingin ku
ketahui bagaimana kabar si lelaki itu. Dan tanpa berpikir lebih panjang lagi,
aku membuka profilnya serta membaca beberapa hal yang ditulisnya di akun
tersebut. Tidak terlalu mengejutkan sebenarnya karena seperti yang sudah kuduga
dia sedang "memberi makan" nalurinya yang kelaparan, sama sepertiku.
Akan tetapi dia melakukannya dengan cara yang sama dengan tahun lalu. Tidak ada
perubahan, ucapku dalam hati. Meski sudah memprediksikan hal ini akan terjadi,
tetap saja hati ini mencelos agak keras. Semua hal yang berhubungan dengan
lelaki itu kuusahakan agar tidak terlihat, terdengar, maupun terbaca olehku.
Tapi siapa sangka, naluri yang sangat lapar ini mematahkan semua usaha itu
dalam sekejap! Dan terasa olehku,
perasaan yang tidak karuan itu yang menyuruhku untuk merasa lemas dan tidak
ingin berbicara dengan siapa pun. Satu-satunya cara bagiku untuk mengeluarkan
semua rasa yang terpendam itu adalah dengan menuliskannya seperti ini. Meskipun
tidak terjadi sesuai anganku, setidaknya aku dapat menorehkan sedikit
perjalanan hidup yang mungkin akan kutertawakan dikemudian hari.
Berpikir bahwa ini tidak adil bukan merupakan solusi
untuk melenyapkan rasa kecewa, melainkan menambah rasa kekesalan, kau tahu.
Sulit bagiku untuk membicarakan hal ini dengan keluargaku, meskipun mereka yang
paling mengerti diriku disini. Aku hanya belum bisa mencari orang yang bisa
kusukai kembali, karenanya aku masih menyukai lelaki itu. Itu saja. Ketika
kupaksa diri ini untuk menyukai seseorang, hal itu memberikan kesan lebih sakit
daripada mengetahui kau sudah melangkah lebih dulu dalam hal ini. Hatiku memang
lapar, tapi aku harus membisikan kepadanya bahwa jalan ini, jalan pacaran,
bukan penyelesaian dari permasalahan cinta remaja. Bukan. Sama sekali tidak
menyelesaikan, akan tetapi menambah masalah. Banyak sekali yang berkilah akan
hal ini. Mereka mengatakan tidak melakukan apa-apa, hanya ini dan itu. Kau
tahu, Pencipta kita lebih mengetahui apa-apa yang ada di dalam hati kita maupun
apa yang kita keluarkan dari hati kita. Sehingga tidak heran, Dia menurunkan
larangan bagi ciptaan-Nya untuk menjauhi hal-hal yang berbau pendekatan
laki-laki dan perempuan yang bukan mahram. Karena manusia diberikan hanya
sedikit sekali ilmu oleh-Nya (QS. Al Isra[17]: 85).
Salah satu alumniku juga sedang berusaha keras memberi
tahu nalurinya bahwa ini belum saatnya bagi si naluri untuk makan. Begitu juga
dengan musyrifah-ku –mentor kajian-, terlihat dari luar seperti ia tidak
menyukai laki-laki manapun, namun entah mengapa aku merasa dia juga sedang
menyibukkan diri agar si naluri tidak terlalu merasa lapar. Melihat bagaimana
semua orang berjuang agar apa yang dilakukannya sesuai dengan apa yang
diperintah Penciptanya membuatku merasa, aku tidak sendirian lagi. Naluri untuk
mencintai seseorang memang fitrah yang sudah diberikan sejak lahir, akan
tetapi ada peraturannya tersendiri bagaimana cara memberinya makan dan apa yang
dimakannya. Kenapa harus ada aturannya segala? Ingat, Pencipta lebih mengetahui
dari ciptaan-Nya. Sembari mengalihkan perasaan akan lawan jenis, marilah
memantaskan diri untuk yang pantas ditemui esok hari. Allahu Akbar!
Komentar
Posting Komentar