Langsung ke konten utama

Dianolin (1): Kenyataan Lebih Menggiurkan

Ada sebuah kisah mengenai seorang gadis yang sedikit tersesat dengan peta kehidupannya. Nama gadis itu Dianolin. Kini ia sedang termangu bingung. Sudah habis dua episode drama Jepang ia tonton. Namun, perasaannya masih belum terpuaskan. Kisah ceritanya belum sesuai dengan keinginannya. Tapi ia menebak, pada akhirnya nanti pasti akan sama dengan yang diharapkannya. Hanya saja proses menuju episode akhir itu membuat hatinya jungkir balik. Ungkapan perasaan cinta mudah sekali diucapkan pemeran utamanya. Kali ini drama yang Olin –begitu sapaan akrabnya, sedang tonton bertemakan perjuangan seorang gadis mendapatkan laki-laki yang ia sukai. Berbagai hal dilakukan si gadis untuk membuat laki-laki itu menaruh perhatian padanya. Sia-sia saja, lelaki itu tidak sedikit pun menggerakkan bola matanya untuk melirik gadis itu. Olin merasa hal itu berkebalikan dengannya. Saat ini ada seorang temannya yang terlihat modus berulangkali padanya. Entah itu hanya menanyakan buku yang bagus untuk dibaca ataupun meminta Olin untuk mengajarkannya bahasa Inggris. Terang saja beberapa hal itu sudah menjadi sinyal yang cukup bagi Olin untuk menjaga jarak. Bahkan tak segan-segan Olin bersikap tegas agar laki-laki itu tidak berani melancarkan serangan modusnya.


Akan tetapi, bukan itu yang menjadi fokus Olin saat ini. Ia hanya terbayang tokoh-tokoh drama itu saja. Tidak sampai membayangkan dirinya berada di posisi yang sama. Dan apabila sudah terpaku pada suatu drama, Olin akan mencari seluruh biodata para pemainnya kemudian mencocokkannya di dunia nyata. Dan benar saja, tanpa sadar Olin menjadi seorang shipper. Fans yang suka memasangkan idolanya dengan laki-laki atau perempuan yang menurutnya sesuai. Tentu saja semua itu hanya hayalan Olin semata. Sebab di dunia nyata, masing-masing pemain memiliki kehidupannya masing-masing. Sama sekali tidak terikat dengan lawan mainnya di drama. Hal ini yang membuat Olin cukup terguncang. Membutuhkan waktu yang cukup lama baginya untuk pulih dari itu semua. Dan yang lebih membuat mata Olin terbuka adalah ketika mengunduh kesalahan adegan di belakang layar. Mereka semua hanya berakting. Semua yang diucapkan itu hanya sandiwara dan pura-pura. Olin hampir tidak percaya. Dirinya yang berulang kali mengeluarkan air mata hanya untuk suatu kebohongan. Agak berlebihan memang mengatakan itu semua bohong. Tapi itulah yang dirasakan Olin. Berlaku untuk drama dengan tokoh manusia asli.

Berbeda halnya dengan anime. Meskipun selalu mencari biodata pengisi suaranya, namun tidak sampai membuat Olin men-shipperkan mereka. Bahkan kuota internetnya habis untuk dipakai menelusuri biodata para pengisi suara tokoh anime. Tak jarang ibunya menegur.

“Olin mulai lagi ya terpengaruh sama anime!”

Olin yang kala itu sedang membuka situs riwayat hidup salah satu tokoh, sontak menyentuh logo rumah pada ponselnya.

“Nggak kok, ma. Cuma iseng nyari aja.”

Meski begitu, ia tetap melanjutkan penelusurannya dengan mengubah posisi menghadap ibunya, agar layar ponselnya tidak terlihat. Rasa penasarannya begitu kuat terhadap tokoh-tokoh itu. Walau memang tidak ada manfaat lebih yang mereka dapatkan selain informasi terbatas mengenai pengisi suara tokoh-tokoh anime.

Bahkan tidak hanya anime, drama Jepang pun dikonsumsi Olin secara berkala. Tergantung pada bagus tidaknya cerita dan tampan atau tidaknya pemain drama tersebut. Kali ini drama yang menarik perhatian Olin adalah Mischiveous Kiss, Love in Tokyo atau Itazura na Kiss. Salah satu karakter pemainnya memikat Olin, Naoki Irie. Mulailah Olin berseluncur kembali mencari-cari informasi terkait dengan aktor itu. Bahkan, Olin sedikit terpengaruh dengan alur cerita itu. Bahkan melanjutkan sequel yang kedua, Itazura na Kiss, Love in Okinawa. Mencari hubungan pemainnya di dunia nyata sampai men-stalk para pemainnya di media sosial. Melihat foto-foto, membaca status meski ia tidak mengerti semuanya karena ditulis dengan kanji. Bahkan stalking itu membutuhkan waktu sampai tengah malam. Walhasil, setiap pagi Olin bangun dengan wajah kuyu. Kantung matanya selalu menghitam tanpa ampun.

Setelah sekian lama menjalani aktivitas menonton-menelusuri-hingga stalking, Olin merasakan ada yang aneh dari dirinya. Selama ini ia hanya membuang waktu untuk sesuatu yang tidak memberikan efek bagus untuknya. Walaupun dari segi pola pikir ia masih memegang teguh prinsip untuk tidak mengikuti apa-apa yang dilakukan para pemain. Baik dari anime ataupun drama. Meskipun anime tetap saja mencerminkan keadaan berdasarkan fakta disana. Pola pikir masih baik, begitu pikir Olin. Tapi ia tidak sadar perasaannya sudah terbawa jauh dengan suasana yang sama sekali keluar dari pola pikirnya. Kini pikiran dan perasaannya tidak memiliki satu kesatuan, melainkan tercerai berai.

Terkadang Olin sadar dengan apa yang dilakukannya ini salah, bahkan sia-sia. Sama sekali tidak membuat dirinya berkembang di usianya yang kini sudah menginjak 20 tahun. Namun, debaran hatinya yang terus-menerus penasaran dengan cerita yang disajikan pada setiap episode membuat Olin sulit untuk berhenti dari aktivitas menonton ini. Tak jarang ia tidur jam 2 pagi, karena anime atau drama yang ditontonnya belum habis. Memang untuk sampai tidak tidur sama sekali ia belum pernah melakukannya. Itazura na Kiss sudah habis ia tonton, tapi ada beberapa scene yang Olin suka dan melihatnya berulang kali. Entah ada dorongan apa Olin menghentikan tontonannya dan membuka Facebook. Meski dalam hatinya keinginan untuk melanjutkan drama itu masih besar, tiba-tiba saja ia mengalihkannya dengan membuka profil seorang profesor geospasial. Dibacanya satu persatu status yang ditulis profesor itu. Bahkan status yang dibagikan pun ia baca sampai selesai. Untuk menghemat kuota ketika laman profil itu sudah terbuka, paket data langsung ia matikan. Berbeda halnya saat ia sedang berseluncur mencari-cari tokoh drama/anime. Namun, bukan itu yang menjadi fokus Olin. Ia begitu terkesima dengan beberapa status. Seakan membuka pikirannya dari tabir gelap nan hitam pekat menjadi terang dan sejuk.

Seketika Olin sadar apa yang membuatnya sulit berhenti dari menyaksikan anime atau drama. Semua itu dibuat berdasarkan keinginan si penulis naskah ataupun manga. Keinginan yang tidak terpenuhi di dunia nyata, maka dibuat versi nyata yang seolah nyata. Sehingga, orang lain yang memiliki keinginan yang lain berupaya untuk mewujudkan keinginan itu bukan pada porsinya. Mendapat pencerahan dari drama, maka seolah peluang untuk yang melihat pun terbuka. Nggak begitu. Situasi aslinya tidak ada sehingga dibuatlah fiksi. Misalnya, si perempuan yang mengejar-ngejar Naoki Irie, akhirnya mendapatkannya di akhir episode. Semua penonton menginginkan hal yang sama. Happy ending. Film diproduksi untuk menyenangkan para penikmat drama. Itu saja. Bukan pada porsinya, karena akan membuat orang lain berupaya mewujudkan keinginan-keinginan tanpa melihat ada aturan yang membatasi dan tidak semudah yang ditampilkan drama. Tumben kali ini  Olin berpikir banyak. Ia sedikit menyesal membuang waktu yang begitu banyak untuk menonton anime maupun drama berulang-ulang.

Status profesor yang dibaca Olin menyuguhkan informasi hangat mengenai keadaan terkini menurut analisisnya pribadi. Memancing pikiran Olin untuk mengikuti alur pembahasan dengan penjelasan yang mudah dicerna. Namanya juga profesor, semakin tinggi level berpikir seseorang akan semakin lugas bahasa yang digunakan. Hal inilah yang membuat Olin terpikat untuk terus membaca status-status profesor geospasial ini. Bahkan untuk menghemat kuota setelah laman profil terbuka, Olin langsung mematikan paket data selularnya. Berbeda saat ia sedang melihat-lihat foto aktor yang tidak menuliskan banyak hal. Semua status ia lahap dari pembahasan tentang tujuan kedatangan Raja Salman hingga retorika menusuk diolesi kalimat menggelikan. Ilmiah. Mungkin itu kata yang tepat. Sensai membara muncul dari pikiran Olin. Selama menonton drama pikirannya seakan dimanjakan. Tidak perlu repot-repot berpikir kan tinggal menonton.


“Kenyataan lebih menarik untuk ditelusuri karena nyata dan dapat diindera. Menimbulkan efek tidak tenang bagi anggota pemikir lainnya bila tidak ikut serta memberikan hasil olah pikirannya.” –Dianolin

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cara Save KRS Online

Yak, balik lagi untuk postingan tips dan trik. Karena berkaca dari pengalaman pribadi yang panik ga bisa save KRS. Sedangkan kuota untuk buka KRS lagi untuk diprint itu nggak ada. Okay, sila dibaca tutorial berikut ini.

Surat untuk Murai (2)

(Dari Zara untuk Murai) Menulis balasan untuk Ai ternyata tidak semudah itu. Menuangkan dan menata ulang isi pikiran juga tidak gampang, tapi bukan sesuatu yang mustahil. Kuberanikan diri membalas e-mail Ai yang sudah berapa bulan ini tak tersentuh. Harapanku, semoga Ai mau membacanya. Kalau mode berbicara aku berharap Ai mau mendengarkan. Aku terbuka untuk solusi atau sekedar balasan simpati. Sebagai tanda bahwa tulisanku didengar olehnya. ______

Surel dari Murai (1)

       Zara POV Beberapa hari belakangan ini aku merasa bosan. Buku maupun ebook beberapa sudah kutamatkan. Tapi masih terasa sepi dan jenuh sekali. Harus ada aktivitas baru. Iseng kubuka email khusus korespondensi. Ternyata ada surel dari Murai masuk. Hampir sekitar sebulan lebih kami tidak pernah berkomunikasi. Entah aku yang terlalu sibuk atau mungkin dia juga sedang sibuk dengan aktivitas barunya mengajar anak-anak. Yah, intinya aku tidak ingin menyalahkan siapa pun atas berjaraknya pertemanan ini.