Ada sebuah kisah mengenai seorang gadis yang
sedikit tersesat dengan peta kehidupannya. Nama gadis itu Dianolin. Kini ia
sedang termangu bingung. Sudah habis dua episode drama Jepang ia tonton. Namun,
perasaannya masih belum terpuaskan. Kisah ceritanya belum sesuai dengan
keinginannya. Tapi ia menebak, pada akhirnya nanti pasti akan sama dengan yang
diharapkannya. Hanya saja proses menuju episode akhir itu membuat hatinya
jungkir balik. Ungkapan perasaan cinta mudah sekali diucapkan pemeran utamanya.
Kali ini drama yang Olin –begitu sapaan akrabnya, sedang tonton bertemakan
perjuangan seorang gadis mendapatkan laki-laki yang ia sukai. Berbagai hal
dilakukan si gadis untuk membuat laki-laki itu menaruh perhatian padanya. Sia-sia
saja, lelaki itu tidak sedikit pun menggerakkan bola matanya untuk melirik
gadis itu. Olin merasa hal itu berkebalikan dengannya. Saat ini ada seorang
temannya yang terlihat modus berulangkali padanya. Entah itu hanya menanyakan
buku yang bagus untuk dibaca ataupun meminta Olin untuk mengajarkannya bahasa
Inggris. Terang saja beberapa hal itu sudah menjadi sinyal yang cukup bagi Olin
untuk menjaga jarak. Bahkan tak segan-segan Olin bersikap tegas agar laki-laki
itu tidak berani melancarkan serangan modusnya.
Akan tetapi, bukan itu yang menjadi fokus
Olin saat ini. Ia hanya terbayang tokoh-tokoh drama itu saja. Tidak sampai
membayangkan dirinya berada di posisi yang sama. Dan apabila sudah terpaku pada
suatu drama, Olin akan mencari seluruh biodata para pemainnya kemudian
mencocokkannya di dunia nyata. Dan benar saja, tanpa sadar Olin menjadi seorang
shipper. Fans yang suka memasangkan idolanya dengan laki-laki atau
perempuan yang menurutnya sesuai. Tentu saja semua itu hanya hayalan Olin
semata. Sebab di dunia nyata, masing-masing pemain memiliki kehidupannya
masing-masing. Sama sekali tidak terikat dengan lawan mainnya di drama. Hal ini
yang membuat Olin cukup terguncang. Membutuhkan waktu yang cukup lama baginya
untuk pulih dari itu semua. Dan yang lebih membuat mata Olin terbuka adalah
ketika mengunduh kesalahan adegan di belakang layar. Mereka semua hanya
berakting. Semua yang diucapkan itu hanya sandiwara dan pura-pura. Olin hampir
tidak percaya. Dirinya yang berulang kali mengeluarkan air mata hanya untuk
suatu kebohongan. Agak berlebihan memang mengatakan itu semua bohong. Tapi
itulah yang dirasakan Olin. Berlaku untuk drama dengan tokoh manusia asli.
Berbeda halnya dengan anime. Meskipun selalu
mencari biodata pengisi suaranya, namun tidak sampai membuat Olin men-shipperkan
mereka. Bahkan kuota internetnya habis untuk dipakai menelusuri biodata para
pengisi suara tokoh anime. Tak jarang ibunya menegur.
“Olin mulai lagi ya terpengaruh sama anime!”
Olin yang kala itu sedang membuka situs
riwayat hidup salah satu tokoh, sontak menyentuh logo rumah pada ponselnya.
“Nggak kok, ma. Cuma iseng nyari aja.”
Meski begitu, ia tetap melanjutkan penelusurannya
dengan mengubah posisi menghadap ibunya, agar layar ponselnya tidak terlihat.
Rasa penasarannya begitu kuat terhadap tokoh-tokoh itu. Walau memang tidak ada
manfaat lebih yang mereka dapatkan selain informasi terbatas mengenai pengisi
suara tokoh-tokoh anime.
Bahkan tidak hanya anime, drama Jepang pun
dikonsumsi Olin secara berkala. Tergantung pada bagus tidaknya cerita dan
tampan atau tidaknya pemain drama tersebut. Kali ini drama yang menarik
perhatian Olin adalah Mischiveous Kiss, Love in Tokyo atau Itazura na Kiss.
Salah satu karakter pemainnya memikat Olin, Naoki Irie. Mulailah Olin
berseluncur kembali mencari-cari informasi terkait dengan aktor itu. Bahkan,
Olin sedikit terpengaruh dengan alur cerita itu. Bahkan melanjutkan sequel yang
kedua, Itazura na Kiss, Love in Okinawa. Mencari hubungan pemainnya di dunia
nyata sampai men-stalk para pemainnya di media sosial. Melihat
foto-foto, membaca status meski ia tidak mengerti semuanya karena ditulis
dengan kanji. Bahkan stalking itu membutuhkan waktu sampai tengah malam.
Walhasil, setiap pagi Olin bangun dengan wajah kuyu. Kantung matanya selalu
menghitam tanpa ampun.
Setelah sekian lama menjalani aktivitas
menonton-menelusuri-hingga stalking, Olin merasakan ada yang aneh dari
dirinya. Selama ini ia hanya membuang waktu untuk sesuatu yang tidak memberikan
efek bagus untuknya. Walaupun dari segi pola pikir ia masih memegang teguh
prinsip untuk tidak mengikuti apa-apa yang dilakukan para pemain. Baik dari
anime ataupun drama. Meskipun anime tetap saja mencerminkan keadaan berdasarkan
fakta disana. Pola pikir masih baik, begitu pikir Olin. Tapi ia tidak sadar
perasaannya sudah terbawa jauh dengan suasana yang sama sekali keluar dari pola
pikirnya. Kini pikiran dan perasaannya tidak memiliki satu kesatuan, melainkan
tercerai berai.
Terkadang
Olin sadar dengan apa yang dilakukannya ini salah, bahkan sia-sia. Sama sekali
tidak membuat dirinya berkembang di usianya yang kini sudah menginjak 20 tahun.
Namun, debaran hatinya yang terus-menerus penasaran dengan cerita yang
disajikan pada setiap episode membuat Olin sulit untuk berhenti dari aktivitas
menonton ini. Tak jarang ia tidur jam 2 pagi, karena anime atau drama yang
ditontonnya belum habis. Memang untuk sampai tidak tidur sama sekali ia belum
pernah melakukannya. Itazura na Kiss sudah habis ia tonton, tapi ada beberapa scene
yang Olin suka dan melihatnya berulang kali. Entah ada dorongan apa Olin
menghentikan tontonannya dan membuka Facebook. Meski dalam hatinya keinginan
untuk melanjutkan drama itu masih besar, tiba-tiba saja ia mengalihkannya
dengan membuka profil seorang profesor geospasial. Dibacanya satu persatu
status yang ditulis profesor itu. Bahkan status yang dibagikan pun ia baca
sampai selesai. Untuk menghemat kuota ketika laman profil itu sudah terbuka,
paket data langsung ia matikan. Berbeda halnya saat ia sedang berseluncur
mencari-cari tokoh drama/anime. Namun, bukan itu yang menjadi fokus Olin. Ia
begitu terkesima dengan beberapa status. Seakan membuka pikirannya dari tabir
gelap nan hitam pekat menjadi terang dan sejuk.
Seketika Olin sadar apa yang membuatnya sulit
berhenti dari menyaksikan anime atau drama. Semua itu dibuat berdasarkan
keinginan si penulis naskah ataupun manga. Keinginan yang tidak terpenuhi di
dunia nyata, maka dibuat versi nyata yang seolah nyata. Sehingga, orang lain
yang memiliki keinginan yang lain berupaya untuk mewujudkan keinginan itu bukan
pada porsinya. Mendapat pencerahan dari drama, maka seolah peluang untuk yang
melihat pun terbuka. Nggak begitu. Situasi aslinya tidak ada sehingga dibuatlah
fiksi. Misalnya, si perempuan yang mengejar-ngejar Naoki Irie, akhirnya
mendapatkannya di akhir episode. Semua penonton menginginkan hal yang sama.
Happy ending. Film diproduksi untuk menyenangkan para penikmat drama. Itu saja.
Bukan pada porsinya, karena akan membuat orang lain berupaya mewujudkan
keinginan-keinginan tanpa melihat ada aturan yang membatasi dan tidak semudah
yang ditampilkan drama. Tumben kali ini
Olin berpikir banyak. Ia sedikit menyesal membuang waktu yang begitu
banyak untuk menonton anime maupun drama berulang-ulang.
Status profesor yang dibaca Olin menyuguhkan
informasi hangat mengenai keadaan terkini menurut analisisnya pribadi.
Memancing pikiran Olin untuk mengikuti alur pembahasan dengan penjelasan yang
mudah dicerna. Namanya juga profesor, semakin tinggi level berpikir seseorang
akan semakin lugas bahasa yang digunakan. Hal inilah yang membuat Olin terpikat
untuk terus membaca status-status profesor geospasial ini. Bahkan untuk
menghemat kuota setelah laman profil terbuka, Olin langsung mematikan paket
data selularnya. Berbeda saat ia sedang melihat-lihat foto aktor yang tidak
menuliskan banyak hal. Semua status ia lahap dari pembahasan tentang tujuan
kedatangan Raja Salman hingga retorika menusuk diolesi kalimat menggelikan.
Ilmiah. Mungkin itu kata yang tepat. Sensai membara muncul dari pikiran Olin.
Selama menonton drama pikirannya seakan dimanjakan. Tidak perlu repot-repot
berpikir kan tinggal menonton.
“Kenyataan lebih menarik untuk ditelusuri
karena nyata dan dapat diindera. Menimbulkan efek tidak tenang bagi anggota pemikir
lainnya bila tidak ikut serta memberikan hasil olah pikirannya.” –Dianolin
Komentar
Posting Komentar