Langsung ke konten utama

The Levels

Sekarang juga gue ngerasa gak sekuat dulu. Setebal dulu. Dulu... iya, dulu... Banyak sekali yang telah berubah. Ingin rasanya kembali ke masa itu lagi. Saat tidak tahu. Mungkin berpura-pura untuk tidak tahu. Menyenangkan rasanya. Sesudah itu penyesalan yang ada. Dulu, ketika semua masalah seakan-akan memaksamu untuk menjadi sesuatu yang tidak seharusnya terjadi padamu. Itulah letak terkenangnya. Ketika akhirnya kau bisa melewati level tersulit yang pernah kau jumpai. Dan sekarang disinilah kau, melihat kembali dirimu pada level yang telah kau lalui. Berharap kembali pada level itu, karena kau yakin akan terasa mudah dengan status levelmu yang berada diatas level sebelumnya. Kurasa, ini karena kau sedang tak ingin berada di level tempatmu seharusnya berada. Tantangannya terasa "hebat"-kah? Inilah, titik jatuhmu. Ketika tes levelmu memintamu untuk mengerjakannya dan kau belum mempersiapkan dirimu sehingga tanpa sadar kau ingin untuk tidak mengikuti tes itu sama sekali. Bisakah diundur tes ini? Itu pintamu. Aku tak bisa membantumu mengerjakannya, aku hanyalah sebuah cerminan hidupmu, masa lalumu. Yang bisa kulakukan hanyalah menyadarkanmu. Kau harus bangun.
Bangun dari tidur panjangmu. Kini hadapilah ujianmu. Kau belum belajar? Bukankah masih ada waktu malam hari bagimu untuk mempelajarinya? Kesempatan tidak akan datang, sebelum yang membutuhkannya membuatnya sendiri. Kau mengerti maksudku? Semakin besarnya kau, semakin besar juga tanggung jawabmu, jika kau mau menyadari itu. Banyak luka gores yang menghiasmu. Yang berasal dari tes-tes pada level sebelumnya. Kau tau? Dengan luka itu membuatmu menjadi lebih kuat. Kau sudah mengetahui apa-apa saja yang dapat membuatmu terluka. Dan sekarang yang kau butuhkan adalah untuk memperkuat ketahanan dirimu. Kau pasti akan selalu terluka pada level-level yang akan datang. Tak peduli seberapa banyak luka yang kau peroleh, kau harus membangun pertahanan dirimu sebaik mungkin melalui banyak hal. Kau mendapatkan peta bukan? Juga buku panduan. Yang tidak kau dapatkan adalah akan seberapa banyak "kejadian tak terduga" yang bisa kau alami kemudian. Namun, dengan bekal buku panduan, peta serta luka-luka sebelumnya kau menjadi awas dan berani. Menghadapi semua itu tidak bisa kau lakukan sendirian. Kau butuh seseorang. Ingat, aku hanyalah cermin bukan seseorang itu. Ku yakin, pasti kau dapat menemukan seorang teman dan melewati level ini. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cara Save KRS Online

Yak, balik lagi untuk postingan tips dan trik. Karena berkaca dari pengalaman pribadi yang panik ga bisa save KRS. Sedangkan kuota untuk buka KRS lagi untuk diprint itu nggak ada. Okay, sila dibaca tutorial berikut ini.

Surat untuk Murai (2)

(Dari Zara untuk Murai) Menulis balasan untuk Ai ternyata tidak semudah itu. Menuangkan dan menata ulang isi pikiran juga tidak gampang, tapi bukan sesuatu yang mustahil. Kuberanikan diri membalas e-mail Ai yang sudah berapa bulan ini tak tersentuh. Harapanku, semoga Ai mau membacanya. Kalau mode berbicara aku berharap Ai mau mendengarkan. Aku terbuka untuk solusi atau sekedar balasan simpati. Sebagai tanda bahwa tulisanku didengar olehnya. ______

Surel dari Murai (1)

       Zara POV Beberapa hari belakangan ini aku merasa bosan. Buku maupun ebook beberapa sudah kutamatkan. Tapi masih terasa sepi dan jenuh sekali. Harus ada aktivitas baru. Iseng kubuka email khusus korespondensi. Ternyata ada surel dari Murai masuk. Hampir sekitar sebulan lebih kami tidak pernah berkomunikasi. Entah aku yang terlalu sibuk atau mungkin dia juga sedang sibuk dengan aktivitas barunya mengajar anak-anak. Yah, intinya aku tidak ingin menyalahkan siapa pun atas berjaraknya pertemanan ini.