Gue sangat suka
dance! Gerakannya asik, bikin hidup lebih enerjik. Gue kenal dance awalnya juga
dari temen sih. Step Up 3D nama filmnya. Beberapa gerakan gue hapalin dan
praktekin. It's feel extremly amazing, you know! Setiap denger lagu beat, badan
pun mencoba mengikuti alunan musiknya. Menghentak-hentakkan kepala. Memainkan
jari serta lengan bahu. Sungguh menyenangkan!
Diliputi rasa
penasaran yang terlalu dalam gue browsing cara hand stand, head spinning, dan
banyak lagi yang gak gue tau namanya. Download videonya-nonton-praktek.
Bertepatan dengan kelas 3 Smp, belajar dance pun gak mudah. Tugas banyak,
ulangan menanti. Dan di penghujung acara, gue latihan di hari terakhir puasa,
yakni 29 Ramdhan. Gue hampir bisa melakukan hand stand which is, satu tangan di
bawah dan yang lainnya di atas. Latihan pertama fail. Kedua fail. Feeling gue
yang ketiga sukses, and it's work!
But, a-a gak semudah itu. Sewaktu mendarat
jari manis kaki gue terlipat dengan rapi dan ehm mencapai lantai lebih dulu
sekitar 3cm dari yang lain. Sakit, men. Ngerti ilustrasi gue kan? Pas mendarat
semua jari kaki kan pada lurus tuh gak ada yang ketekuk, nah jari gue satu
ketekuk. Gue kira itu cuma keseleo, tapi sakitnya deww lebih sakit daripada
digigit tawon, suer dah!
Ruang tengah yaitu TKP lagi sepi, gue langsung
masuk kamar, dan gigit boneka. Kenapa? Biar ga kedengeran suara gue nangis.
Langsung aja, gue praktekin cara membalut kaki yang patah. Gue pake sedotan
dipotong seukuran jari, taruh di kedua sisi jari yang patah kunci dengan selotip
atau perban. Hmm... tetep nggak ngefek. Patah tulang itu subhanallah sakit. Pas
shalat magrib gue pincang, orang rumah masih belum tau. Pas makan, jalan gue
diolok kayak nenek-nenek. Sumpret. Ortu masih belum tau, padahal sekuat tenaga
gue jaga supaya gak pincang jalannya tapi beuuuhhhh dua kali lagi sakit, men.
Akhirnya gue cerita sama kakak, tapi bilangnya keseleo karena gue emang gak
tau. Dan kakak bilang ke ibu. Mmm, tercium aroma diomelin nih. Sebelum ibu
marah, gue keluarin jurus terakhir yaitu nangis. Ya, nangis. Akhirnya ibu
speechless dan tak tahu mau bilang apa. Sempat bilang sih, "Kalo patah,
ayok kita ke rumah sakit. Gips dia." tapi ibu ngomongnya dengan nada
becanda. Jadi, gue yakin ga bakal ke rumah sakit. Di urut bapak, makin sakit,
girl. Orang patah kok diurut toh -_- Jadi, kesimpulannya jari gue dianggap cuma
keseleo sehingga bukannya ke rumah sakit tapi ke toko sendal.
Esoknya, yakni Hari
Lebaran gue menjalaninya dengan yah pincang sepanjang jalan menuju tempat
shalat Ied. Diliatin orang pula, duh. Gue shalatnya duduk, karena gak kuat
berdiri. Dipapah sama ibu sepanjang jalan, ngerepotin banget nih gue.
Begitulah cerita
Hari Raya Idul Fitri gue 2 tahun yang lalu, kamu gimana? ^^
Komentar
Posting Komentar