Langsung ke konten utama

Kelopak Jingga

Kadang saya ngelakuin itu. tapi hanya sama orang dekat aja. Sebenarnya saya tau cuman jelasin apa yang ada di pikiran saya secara gamblang itu susah dimengeri orang lain. Orang tua saya malah bilang kalo IQ saya jongkok. Sakit gak sih? Dulu saya gak begini-begni amat Entah karena apa bisa kayak gini.

Faktor usia dan males mikir.


Itu tamparan yang sangat keras, sakit. Perih. Dadaku seakan tertohok tangkai bunga mawar kecil yang tajam. Seakan tak terjadi apa-apa, kumulai dengan ucapan terimakasih. Ya, terimakasih. Sakit dahulu lalu sembuh. Kasar awal berakhir lembut. Dimulai salah dan akan menjadi benar. Tak terpikir olehku. Sosok yang begitu menyemangati dengan mudahnya menghancurkan semua yang telah ia ciptakan. Karya besar. Bendungan tidak cukup kuat untuk menghadang yang satu ini. Tanpa bisa dicegah, tumpah begitu saja. Ditengah kesadaran yang terombang ambing, kucoba menambal demi tambalan pada bendungan, percuma.
Terlalu deras. Tak lama kemudian muncul kobaran api. Kedatangannya tidak membantu. Angin mencoba, tak urung hasil yang didapatkan tidak lebih baik dari api. Dan carilah air. Menenangkan. Sejuk. Seakan membuka tangan untuk orang-orang yang membutuhkan pelukan. Meski begitu tetap saja. Bendungan tak bisa melakukan apa-apa. Terdiam. Membiarkan semuanya terjadi. Hening. Burung-burung yang biasa berkicau membeku terpaku. Daun yang gemulai menjadi layu. Kumbang mengganti warna cerahnya menjadi kusam. Laba-laba telah membuat sarang yang hampir menutupi seluruh bagian hamparan hijau. Matahari enggan menampakkan kilau cahayanya. Biru langit. Biru... pucat tak enak dipandang. Disuguhkan setetes pembangkit hanya dapat merubahnya menjadi sendu. Perubahan yang tidak berarti. Kemudian, tertiup angin sebuah kelopak bunga mendarat halus pada permukaan air yang terus menerus mencoba melepaskan diri dari bendungan. Kecil, sangat kecil. Berwarna jingga cerah. Perlahan menenangkan yang berteriak. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cara Save KRS Online

Yak, balik lagi untuk postingan tips dan trik. Karena berkaca dari pengalaman pribadi yang panik ga bisa save KRS. Sedangkan kuota untuk buka KRS lagi untuk diprint itu nggak ada. Okay, sila dibaca tutorial berikut ini.

Surat untuk Murai (2)

(Dari Zara untuk Murai) Menulis balasan untuk Ai ternyata tidak semudah itu. Menuangkan dan menata ulang isi pikiran juga tidak gampang, tapi bukan sesuatu yang mustahil. Kuberanikan diri membalas e-mail Ai yang sudah berapa bulan ini tak tersentuh. Harapanku, semoga Ai mau membacanya. Kalau mode berbicara aku berharap Ai mau mendengarkan. Aku terbuka untuk solusi atau sekedar balasan simpati. Sebagai tanda bahwa tulisanku didengar olehnya. ______

Surel dari Murai (1)

       Zara POV Beberapa hari belakangan ini aku merasa bosan. Buku maupun ebook beberapa sudah kutamatkan. Tapi masih terasa sepi dan jenuh sekali. Harus ada aktivitas baru. Iseng kubuka email khusus korespondensi. Ternyata ada surel dari Murai masuk. Hampir sekitar sebulan lebih kami tidak pernah berkomunikasi. Entah aku yang terlalu sibuk atau mungkin dia juga sedang sibuk dengan aktivitas barunya mengajar anak-anak. Yah, intinya aku tidak ingin menyalahkan siapa pun atas berjaraknya pertemanan ini.