Langsung ke konten utama

Puluhan Bibir yang Berdoa demi Satu Senyum yang Tertunda

-->
Pagi itu seakan terasa sangat berbeda. Padahal malamnya biasa aja. Di pagi itu aku melihat wajah pucat nenek yang tertidur pulas di ranjangnya. Ku bilang berbeda, karena pada saat itu ia dikelilingi oleh ayah, kakek & seorang adikku yang beraut wajah berbeda dan dengan mata yang berkaca. Aku tak berani menanyakan keadaan nenek kepada ayah karena aku takut jika kata-kata yang keluar dari bibir ayah itu satu hal yang tak ingin kudengar dan kurasa terlalu cepat untuk terjadi.
Dengan segera, ayah & kakek membawa nenek ke tumah sakit. Yang kulihat disana nenekku ditempeli banyak selang. Kata dokter pembuluh darah nenek pecah jadi belum bisa bergera dan kini nenek sedang berada dimasa komanya. Ia tidak bisa apa-apa, hanya bisa berbaring, diajak bicara pun ia tak merespon apa-apa.
Hari demi hari berlalu dan setiap kali ku menjenguknya, kupandangi wajah pucar nenek, ia sseakan menyimpan sesuatu dalam dirinya, yang tak pernah diperlihatkannya karena tersembunyi senyum manis darinya. Banyak orang datang menjenguknya. Puluhan pasang mata kala itu terpaku menatap sepasang mata yang terpejam yang bertahan, tanpa sadar suasana yang biasa aja menjadi haru.
Sampai detik ini berlaku ia masih terbaring tak sadarkan diri disana. Ingin ku teriak di telinganya, agar ia terbangun dari tidur lelapnya. Agar aku keluar dari mimpi yang haru ini dan agar kulihat lagi senyum bibirnya. Seua hanya bisa berpasrah sekarang. bibir ini hanya bisa berdoa.
Apa yang terjadi adalah suatu keajaiban. Setidaknya nenek masih bisa bernafas, kan ku tulis sebuah surat kecil berisi sebuah harapan yang ku bungkus dengan amplop keimanan dan dengan beralamatkan syurga firdaus-Mu ya Allah. Karena setiap hal yang terjadi selalu berhikmah. Dan jangan takut dengan musibah tapi takutlah jika kita tak bisa mengambil hikmah dari musibah itu.


Well, cerita ini karya temen gue, Ika. Dari judulnya gue udah tersentuh banget, meski gue  berhati batu (katanya). Kalo gue jujur susah banget yang namanya bikin cerita haru macam ini. Yang ada keseharian gue yang konyol.
gambarnya menyusul, ya!

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cara Save KRS Online

Yak, balik lagi untuk postingan tips dan trik. Karena berkaca dari pengalaman pribadi yang panik ga bisa save KRS. Sedangkan kuota untuk buka KRS lagi untuk diprint itu nggak ada. Okay, sila dibaca tutorial berikut ini.

Surat untuk Murai (2)

(Dari Zara untuk Murai) Menulis balasan untuk Ai ternyata tidak semudah itu. Menuangkan dan menata ulang isi pikiran juga tidak gampang, tapi bukan sesuatu yang mustahil. Kuberanikan diri membalas e-mail Ai yang sudah berapa bulan ini tak tersentuh. Harapanku, semoga Ai mau membacanya. Kalau mode berbicara aku berharap Ai mau mendengarkan. Aku terbuka untuk solusi atau sekedar balasan simpati. Sebagai tanda bahwa tulisanku didengar olehnya. ______

Surel dari Murai (1)

       Zara POV Beberapa hari belakangan ini aku merasa bosan. Buku maupun ebook beberapa sudah kutamatkan. Tapi masih terasa sepi dan jenuh sekali. Harus ada aktivitas baru. Iseng kubuka email khusus korespondensi. Ternyata ada surel dari Murai masuk. Hampir sekitar sebulan lebih kami tidak pernah berkomunikasi. Entah aku yang terlalu sibuk atau mungkin dia juga sedang sibuk dengan aktivitas barunya mengajar anak-anak. Yah, intinya aku tidak ingin menyalahkan siapa pun atas berjaraknya pertemanan ini.