Pagi
itu seakan terasa sangat berbeda. Padahal malamnya biasa aja. Di pagi
itu aku melihat wajah pucat nenek yang tertidur pulas di ranjangnya.
Ku bilang berbeda, karena pada saat itu ia dikelilingi oleh ayah,
kakek & seorang adikku yang beraut wajah berbeda dan dengan mata
yang berkaca. Aku tak berani menanyakan keadaan nenek kepada ayah
karena aku takut jika kata-kata yang keluar dari bibir ayah itu satu
hal yang tak ingin kudengar dan kurasa terlalu cepat untuk terjadi.
Dengan
segera, ayah & kakek membawa nenek ke tumah sakit. Yang kulihat
disana nenekku ditempeli banyak selang. Kata dokter pembuluh darah
nenek pecah jadi belum bisa bergera dan kini nenek sedang berada
dimasa komanya. Ia tidak bisa apa-apa, hanya bisa berbaring, diajak
bicara pun ia tak merespon apa-apa.
Hari
demi hari berlalu dan setiap kali ku menjenguknya, kupandangi wajah
pucar nenek, ia sseakan menyimpan sesuatu dalam dirinya, yang tak
pernah diperlihatkannya karena tersembunyi senyum manis darinya.
Banyak orang datang menjenguknya. Puluhan pasang mata kala itu
terpaku menatap sepasang mata yang terpejam yang bertahan, tanpa
sadar suasana yang biasa aja menjadi haru.
Sampai
detik ini berlaku ia masih terbaring tak sadarkan diri disana. Ingin
ku teriak di telinganya, agar ia terbangun dari tidur lelapnya. Agar
aku keluar dari mimpi yang haru ini dan agar kulihat lagi senyum
bibirnya. Seua hanya bisa berpasrah sekarang. bibir ini hanya bisa
berdoa.
Apa
yang terjadi adalah suatu keajaiban. Setidaknya nenek masih bisa
bernafas, kan ku tulis sebuah surat kecil berisi sebuah harapan yang
ku bungkus dengan amplop keimanan dan dengan beralamatkan syurga
firdaus-Mu ya Allah. Karena setiap hal yang terjadi selalu berhikmah.
Dan jangan takut dengan musibah tapi takutlah jika kita tak bisa
mengambil hikmah dari musibah itu.
Well, cerita ini karya temen gue, Ika. Dari judulnya gue udah tersentuh banget, meski gue berhati batu (katanya). Kalo gue jujur susah banget yang namanya bikin cerita haru macam ini. Yang ada keseharian gue yang konyol.
gambarnya menyusul, ya!
Komentar
Posting Komentar