Pernah denger dan baca ini kan? “Hidup adalah pilihan” Dulu, gue
bosen banget denger kalimat “sok” bijak itu. Bentar-bentar kalo orang lagi
punya masalah, pasti nasihatnya kayak gitu. Kaku banget! pikir gue. Akhirnya,
gue berjuang tanpa memikirkan kalimat tersebut. Berlalu..dan berlalunya waktu.
Sampai akhirnya gue berada di kelas 10 SMK. Disini, tekanan baru benar-benar
terasa di gue. Sangat terasa, mungkin. Gue lebih sering melihat orang tua gue
susah. Gue lebih sering menemui kesulitan. Gue lebih beda dari yang dulu dalam
mengatasi masalah. Gue sepertinya lebih rapuh dari yang dulu. Gue melihat
begitu banyak perubahan pada tahap ini. Perubahan seseorang dari remaja ke fase
dewasa meski tetap dalam usianya yang masih muda. Dan pada tahap inilah gue
sadar bahwa, hidup adalah pilihan itu sangatlah benar. Truly exactly. Gue
merupakan seorang skolioser. Pilihan gue dalam dalam hidup ini ada 2, yaitu:
sebagai penulis atau progammer (pekerjaan yang tidak terlalu membutuhkan
fisik). Gue mempunyai pilihan. Gue itu hidup dan pekerjaan adalah pilihan.
Syukurlah, gue mencari bukti terlebih dahulu baru mempercayai kalimat tersebut.
Pada fase remaja ini gue “terpaksa” menerima semua yang diberikan alam secara
tidak langsung. Tidak ada sang penyaring. Semua masuk begitu saja. Dan tanpa
disadari hal-hal itulah yang mempengaruhi sifat saya. Segini saja dulu, badan
serasa mau patah duduk terus daritadi =_= bye, gigiers! Kalo ada waktu
insyaAllah gue lanjutin lagi.
Komentar
Posting Komentar