Langsung ke konten utama

Kebiasaan Menulis

Perasaan yang gak nyaman ketika memulai suatu kebiasaan dengan paksaan. Ini terlihat kurang baik bukan? Tapi tidak berlaku sama sekali dalam hukum produktivitas. Ini pengalaman juga sebenarnya. Saya punya suatu agenda khusus untuk diri sendiri. Yang kemudian saya berusaha untuk menepatinya dan menjalaninya. Coba tebak? Menulis catatan harian. Kayak dear diary gitu, Ndi? Waks! Gak begitu-begitu amat sih. Tapi intinya sama. Menuliskan kegiatan yang sudah dilakukan setiap hari. Tujuannya buat apaan? Kok kayak kurang kerjaan gitu? Ehm, terlihatnya ya "begitu". Tapi, ini agenda kan buat saya. Jangan sewot gitu dong... Cuma berbagi, siapa tau ada yang bisa diambil. Kalo nggak, ya jangan dan kalo salah tegur aja gak papa kok ^^


Berawal dari niat saya yang mau bikin sebuah komunitas menulis. Dan juga disepakati secara tidak resmi oleh adik saya, Icha. Juga adik saya yang agak gedean dikit, Arnum. Kami bertiga setuju membuat grup ini. Yang landasannya kami ingin membagi kisah kami dalam melewati ujian-ujian kehidupan. Dan kebetulan, kita semua (dari bertiga) pernah punya masalah dalam urusan cinta. Jangan ketawa atau senyum, deh. Kalian juga pasti pernah kan? Nah, dari situ gagasan terbentuknya. Kemudian, agenda tuk anggotanya yang cepet banget direkrut -karena isinya temen deket semua- pertama adalah membuat daily note. Itu ide saya. Tujuannya mau nulis kan? Berarti harus terbiasa nulis dulu.

Sebelumnya, saya sempat baca biografi penulis yang lumayan tersohor di negeri beribu pulau ini. Perkenalkan nama beliau adalah Pipiet Senja. Ada yang belum kenal? Nanti cari sendiri aja biografinya, disini saya ga panjang lebar soalnya. Beliau ini sedang berusaha mendidik para santri menulis. Karena siapa lagi yang lebih paham ilmu agama dibanding dengan para santri? Memang, ada kok selainnya, tapi Bu Pipiet ingin memfokuskan pada santri dulu. Mungkin temen-temen belum sadar, saya sadarin sekarang ya, kita ini sedang diperangi dalam pemikiran lho. Bahasa Arabnya Ghazwul Fikr.

Banyak sekali orang-orang liberal membuat buku yang isinya sudah bisa ditebak benar-benar keluar jalur. Melenceng kesana kemari. Membebaskan banyak hal. Membenarkan apa yang sebenarnya salah. Gak terasa? Memang, ini bukan perang fisik. Jadi jangan heran, muslim sekarang banyak yang cuma kulit luarnya aja Islam tapi dalemnya udah gak Islam lagi. Kelihatan kan? Banyak saudari kita yang sebenarnya tau tentang hukum menutup aurat, tapi melihat kebanyakan orang tidak menutup dan mengikutinya. Pacaran apalagi. Udah gak jaman, pacaran diem-dieman. Sekarang lebih bebas lagi. Orang tua bahkan ngasi ijin. Menurut mereka sah-sah aja, asal gak terlalu bebas. Ini nih yang liberal, membebaskan apa yang sebenarnya ada aturannya. Karena itulah, Bu Pipiet berusaha membiasakan menulis bagi para santri. Dan tidak membiarkan orang liberal bebas begitu aja bikin buku.

Saya terinpirasi dari sana. Bener juga ya. Kalo bukan kita yang peduli dan mau bergerak, siapa lagi? Langsung deh, semua anggota diharuskan bikin catatan harian. Terserah mau panjang atau pendek yang penting tulis kegiatan apa aja yang udah dilakukan seharian itu.  Sounds simpel, right? Tapi, banyak yang ngeluh. "Gak tau mau nulis apa kak Indi", kata salah seorang. "Tulis apa aja deh, minimal satu kata," kataku berusaha meyakinkan mereka. Kita ini lagi belajar nulis, tuk kedepannya dengan kata-kata ini kita bisa saling mengingatkan saudara kita, gitu. Memang berat awalnya, jadi harus sering-sering dikerjakan supaya gak berat lagi. Karena yang namanya kenyamanan itu didapat ketika banyak waktu yang dihabiskan untuk melakukannya.

Kebiasaan gak perlu mikir atau motivasi. Yang penting dilatih dan diulang terus-menerus. Itu aja. Akan lebih baik lagi membiasakan yang baik, kan? Waktunya berapa lama? Sebulan masih kurang kuat untuk dilakukan secara otomatis. Karena waktu untuk berhenti lebih besar daripada bertahan. Tiga bulan? Waktu untuk bertahan dan berhenti sama besar. Setahun? Insya Allah sudah otomatis. Karena, waktu untuk berhenti lebih kecil dibandingkan dengan bertahan. Ayo, terus menulis!

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cara Save KRS Online

Yak, balik lagi untuk postingan tips dan trik. Karena berkaca dari pengalaman pribadi yang panik ga bisa save KRS. Sedangkan kuota untuk buka KRS lagi untuk diprint itu nggak ada. Okay, sila dibaca tutorial berikut ini.

Surat untuk Murai (2)

(Dari Zara untuk Murai) Menulis balasan untuk Ai ternyata tidak semudah itu. Menuangkan dan menata ulang isi pikiran juga tidak gampang, tapi bukan sesuatu yang mustahil. Kuberanikan diri membalas e-mail Ai yang sudah berapa bulan ini tak tersentuh. Harapanku, semoga Ai mau membacanya. Kalau mode berbicara aku berharap Ai mau mendengarkan. Aku terbuka untuk solusi atau sekedar balasan simpati. Sebagai tanda bahwa tulisanku didengar olehnya. ______

Surel dari Murai (1)

       Zara POV Beberapa hari belakangan ini aku merasa bosan. Buku maupun ebook beberapa sudah kutamatkan. Tapi masih terasa sepi dan jenuh sekali. Harus ada aktivitas baru. Iseng kubuka email khusus korespondensi. Ternyata ada surel dari Murai masuk. Hampir sekitar sebulan lebih kami tidak pernah berkomunikasi. Entah aku yang terlalu sibuk atau mungkin dia juga sedang sibuk dengan aktivitas barunya mengajar anak-anak. Yah, intinya aku tidak ingin menyalahkan siapa pun atas berjaraknya pertemanan ini.