Langsung ke konten utama

Jemari dan Hati

Rindu sedang dirasakan Jemari akan tombol-tombol pada keyboard untuk menyuarakan isi dari temannya yang bernama Hati. Mereka memahami satu sama lain. Terkadang Jemari membantu Hati dalam menyelesaikan berbagai macam masalah yang tiba-tiba diterima Hati, tanpa pernah Hati minta untuk datang atau muncul. Namun, sudah sebulan ini Hati tidak mengatakan apa pun pada Jemari. Mereka sudah lama tidak lagi berbincang bersama. Jemari khawatir akan suatu hal buruk yang menimpa Hati. Jemari selalu melihat Hati pada saat-saat lenggangnya. Hati terlihat murung akhir-akhir ini. Akan tetapi Jemari belum sempat menanyakan hal tersebut pada Hati. Jemari takut, pertanyaannya nanti akan menyinggung perasaan Hati. Karena, Jemari tahu, Hati sangatlah sensitif terhadap banyak hal. Jemari bahkan tahu, jika Hati mempunyai banyak masalah Hati akan diam seribu bahasa jika dibandingkan dengan Hati yang sedang bersenang cita. Ini satu hal yang sangat ditakutkan Jemari.
Ketika temannya, Hati, sedang bermasalah tapi tidak mau menceritakan masalahnya pada Jemari. Jemari merasa hampa beberapa minggu terakhir. Tidak ada yang bisa dia lakukan jika tidak ada cerita dari Hati. Ia begitu rindu menyentuh papan ketik. Apalah arti ia memegang papan tersebut jika tak ada kisah untuk dituliskan. Hati sedang bermasalah, maka Jemari pun merasa bermasalah juga.

Karenanya Jemari berusaha untuk menuliskan sesuatu untuk Hati. Begini bunyinya:

Hati, jangan ragu ataupun sungkan untuk bercerita kepadaku. Walau aku hanya bisa mendengarkan dan menuliskan ceritamu. Walau solusi tidak pernah kuberikan sedikit pun kepadamu. Tahukah kau, jika kau membaca kembali cerita yang kutuliskan dari perkataanmu, kau akan menemukan solusinya cepat atau lambat. Karena dari masalah yang kau ceritakan, kau telah mengetahui dimana titik yang menjadi masalah. Serta apa-apa saja yang menyebabkan titik itu mengganggu aktivitas titik yang lain. Kau telah mengetahuinya, Hati! Kau hanya perlu membaca kembali cerita-cerita yang pernah kau bicarakan padaku. Itu saja! Lalu, masalah apa yang membuatmu menjadi diam seperti ini, Hati? Apakah semua titik itu bermasalah sehingga kau pun hampir terkecohkan oleh siapa atau apa yang sebenarnya bermasalah? Ingatlah, Hati, kau masih punya aku. Aku temanmu, Jemari. Yang senantiasa mendengarkanmu, memberikan sandaran padamu, menguatkanmu dengan tulisan-tulisan yang bahkan kau bicarakan padaku dahulu. Janganlah kau merasa malu karena kau selalu bercerita. Tidak apa. Karena aku sendiri bukannya tidak bisa bercerita. Hanya saja aku lebih menyukai menuliskan ceritamu. Aku menyukainya. Aku suka membantumu. Ingatkah kau akan pepatah yang mengatakan jika kau memberikan seseorang bantuan, maka dengan itu juga kau akan mendapatkan bantuan? Jujur saja, aku tidak mengharapkan mendapatkan bantuan itu. Aku hanya suka sekali membantu. Kembalilah Hati. Aku tidak ingin seperti ini. Ketika kau merasa sedih akan suatu hal, namun aku tidak mengetahuinya. Aku tidak tahu apa yang membuatmu begitu sedih. Berceritalah. Mudah-mudahan kau menjadi lebih baik dari sebelumnya.

Tertanda,


Jemari

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cara Save KRS Online

Yak, balik lagi untuk postingan tips dan trik. Karena berkaca dari pengalaman pribadi yang panik ga bisa save KRS. Sedangkan kuota untuk buka KRS lagi untuk diprint itu nggak ada. Okay, sila dibaca tutorial berikut ini.

Surat untuk Murai (2)

(Dari Zara untuk Murai) Menulis balasan untuk Ai ternyata tidak semudah itu. Menuangkan dan menata ulang isi pikiran juga tidak gampang, tapi bukan sesuatu yang mustahil. Kuberanikan diri membalas e-mail Ai yang sudah berapa bulan ini tak tersentuh. Harapanku, semoga Ai mau membacanya. Kalau mode berbicara aku berharap Ai mau mendengarkan. Aku terbuka untuk solusi atau sekedar balasan simpati. Sebagai tanda bahwa tulisanku didengar olehnya. ______

Surel dari Murai (1)

       Zara POV Beberapa hari belakangan ini aku merasa bosan. Buku maupun ebook beberapa sudah kutamatkan. Tapi masih terasa sepi dan jenuh sekali. Harus ada aktivitas baru. Iseng kubuka email khusus korespondensi. Ternyata ada surel dari Murai masuk. Hampir sekitar sebulan lebih kami tidak pernah berkomunikasi. Entah aku yang terlalu sibuk atau mungkin dia juga sedang sibuk dengan aktivitas barunya mengajar anak-anak. Yah, intinya aku tidak ingin menyalahkan siapa pun atas berjaraknya pertemanan ini.