Langsung ke konten utama

Lihat gambar dibawah ini

Sekarang ane ngerasa ada yang beda dari yang dulu. Sudut pandang. Mungkin itu. Saat itu, yang dulu sekali, pikiran ini pendapat ini hanya sebatas perkiraan saja. Dimana perkiraan bisa dikaitkan dengan perasaan, yang terkadang tidak masuk diakal. Mulai pusing? Oke, itu normal. Merasa berbeda karena usia pun turut berbeda yang memaksakan raga ini untuk memahami sesuatu yang sulit untuk dipahami. Merasa bodoh, tak mengerti apa itu saat itu juga. Lalu, tersadar bahwa ilmu tidak akan diraih oleh dengan kebosanan atau merasa cukup. Ilmu juga membutuhkan waktu untuk dipahami. Ilmu, sesungguhnya untuk apa ilmu itu. Mampukah menuntun jiwa ini ke syurga-Mu? Jalan yang benar-benar berbeda.
mungkin saja ini banting setir dari tujuan semula. Yap, semua berawal karena ketidaktahuan yang berharga ini. Sombong diri ini merasa mengetahui segalanya, ketika suatu pertanyaan menghampiri membuat bibir tak mampu berbunyi.

Menolak kebenaran. Itulah fisik ini. Seolah tahu semuanya, dengan kepala mengangkat tinggi sehingga anak kecil dibawah tak terlihat. Mengabaikan kebaikan yang datangnya dari seorang yang kecil. Ketidaktahuan sesungguhnya sungguh sangat baik. Mampu menuntun untuk mencari yang benar. Ilmu tidak ada yang tidak bermanfaat. Ilmu tidak bermanfaat, tentu itu bukan ilmu.
Ilmu yang kini tersimpan di otak, mampu mencerahkan awan gelap yang semula memenuhi sel-sel neuron yang terlalu banyak. Dengan segenap ilmu ini, masih terasa kurang, sangat kurang. Apakah ilmu memang begini, tidak memberikan rasa puas kepada sang pencarinya? 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cara Save KRS Online

Yak, balik lagi untuk postingan tips dan trik. Karena berkaca dari pengalaman pribadi yang panik ga bisa save KRS. Sedangkan kuota untuk buka KRS lagi untuk diprint itu nggak ada. Okay, sila dibaca tutorial berikut ini.

Surat untuk Murai (2)

(Dari Zara untuk Murai) Menulis balasan untuk Ai ternyata tidak semudah itu. Menuangkan dan menata ulang isi pikiran juga tidak gampang, tapi bukan sesuatu yang mustahil. Kuberanikan diri membalas e-mail Ai yang sudah berapa bulan ini tak tersentuh. Harapanku, semoga Ai mau membacanya. Kalau mode berbicara aku berharap Ai mau mendengarkan. Aku terbuka untuk solusi atau sekedar balasan simpati. Sebagai tanda bahwa tulisanku didengar olehnya. ______

Surel dari Murai (1)

       Zara POV Beberapa hari belakangan ini aku merasa bosan. Buku maupun ebook beberapa sudah kutamatkan. Tapi masih terasa sepi dan jenuh sekali. Harus ada aktivitas baru. Iseng kubuka email khusus korespondensi. Ternyata ada surel dari Murai masuk. Hampir sekitar sebulan lebih kami tidak pernah berkomunikasi. Entah aku yang terlalu sibuk atau mungkin dia juga sedang sibuk dengan aktivitas barunya mengajar anak-anak. Yah, intinya aku tidak ingin menyalahkan siapa pun atas berjaraknya pertemanan ini.