Langsung ke konten utama

Tidak Ideal

Memulai sesuatu seperti menuliskan hal disini ternyata tidak mudah ya. Sama seperti mengawali sesuatu , baik itu memulai untuk membiasakan kebiasaan baik maupun hal lainnya. Langkah awal. Sejak bertemu dengan ustazah beberapa hari lalu, ada pikiran maupun bisikan yang terus hadir di kepala. Sedikit tapi cukup menghantui dan membuat saya bertanya-tanya. Tapi sayangnya saya tidak bisa menuliskan hal itu secara gamblang disini.

Pikiran tersebut mengantarkan saya pada hari ini untuk mengecek sesuatu. Hasilnya tidak membuat kaget. Hanya saja, saya tidak menyangka bahwa menjadi dewasa bukan sebatas tampilan luar tapi juga apa yang ada di dalam. Ucapan usia hanyalah angka, benar adanya.

---

Pasca membaca buku online kemarin, ada salah satu lawan bicara yang mengatakan, "Orang cenderung membaca buku yang sesuai dengan kecendrungan sudut pandangnya. Bahkan sebelum membaca buku orang akan menilai buku itu."

Saya pun menimpali, "Betul. Dan sudut pandang itu dipengaruhi referensi yang masuk ke dalam kepalanya. Input apa yang dimasukkan ke dalam kepalanya. Jadi, kalau misalnya bagi orang sesuatu itu tidak mungkin, coba saja tambah input yang memungkinkan hal itu terjadi. Bisa kok."

Konteks bahasan kemarin ya persoalan Khilafah itu bisa atau tidak. Karena buku yang saya baca online saat itu berjudul Cinta Indonesia Rindu Khilafah. 

---

Lalu kaitannya dengan tulisan bagian atas bagaimana? Tentu saja soal referensi. Saya ada di kondisi saat ini pun banyak dipengaruhi oleh input yang saya masukkan atau termasukkan tanpa sadar baik dari diri saya pribadi maupun lingkungan. Dan hal itu juga terjadi pada orang lain.

Betapa pentingnya memastikan input yang akan masuk ke dalam kepala sesuatu yang baik dan benar atau tidak. Boleh aja memasukkan input yang keliru dengan tujuan untuk menelaah, membandingkan dan seterusnya. Karena dari referensi ada yang menjadi pemikiran-pemahaman dan ada juga yang hanya menjadi sekedar informasi-fakta.

Kebanyakan orang, termasuk saya, berharap matangnya usia seseorang seiring dengan matangnya pemahaman dan pemikirannya. Idealnya begitu. Sayangnya, tidak semua hal berjalan ideal.

Semoga kita, nasihat untuk diri saya utamanya sebelum orang lain, menjadi semakin matang dan dewasa ke depannya. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cara Save KRS Online

Yak, balik lagi untuk postingan tips dan trik. Karena berkaca dari pengalaman pribadi yang panik ga bisa save KRS. Sedangkan kuota untuk buka KRS lagi untuk diprint itu nggak ada. Okay, sila dibaca tutorial berikut ini.

Surat untuk Murai (2)

(Dari Zara untuk Murai) Menulis balasan untuk Ai ternyata tidak semudah itu. Menuangkan dan menata ulang isi pikiran juga tidak gampang, tapi bukan sesuatu yang mustahil. Kuberanikan diri membalas e-mail Ai yang sudah berapa bulan ini tak tersentuh. Harapanku, semoga Ai mau membacanya. Kalau mode berbicara aku berharap Ai mau mendengarkan. Aku terbuka untuk solusi atau sekedar balasan simpati. Sebagai tanda bahwa tulisanku didengar olehnya. ______

Surel dari Murai (1)

       Zara POV Beberapa hari belakangan ini aku merasa bosan. Buku maupun ebook beberapa sudah kutamatkan. Tapi masih terasa sepi dan jenuh sekali. Harus ada aktivitas baru. Iseng kubuka email khusus korespondensi. Ternyata ada surel dari Murai masuk. Hampir sekitar sebulan lebih kami tidak pernah berkomunikasi. Entah aku yang terlalu sibuk atau mungkin dia juga sedang sibuk dengan aktivitas barunya mengajar anak-anak. Yah, intinya aku tidak ingin menyalahkan siapa pun atas berjaraknya pertemanan ini.