Alhamdulillah sambil berteduh sambil menguatkan ukhuwah sama temen sekelas. Cerita-cerita tentang pengalaman berhijab. Ya Allah, mudahkanlah teman-teman ini untuk berhijrah menjadi lebih baik. Ririn yg pengantin pun ternyata lingkungan rumahnya bener-bener gak kondusif. Pacaran, hamil di luar nikah, dan berbagai macam kasus darurat pornografi. Tanpa sadar kita melepas ke-Islaman kita untuk sesuatu hal yg hanya menimbulkan kesenangan sejenak. Dampaknya tentu saja akan membuat hati terhenyak. Bukan hanya keluarga korban, tapi kami sebagai kaum muslimin yg lain. Benar-benar tidak menyangka kondisi masyarakat sudah sebegini bobroknya. Mungkin kita merasa santai sebab sekitar kita tidak mengalami hal itu, hati kami merasa nyaman dengan keadaan yg tidak begitu mengoyak pikiran. Karena lagi-lagi yg kami lihat di sekitar tidak menunjukkan kerusakan-kerusakan yg parah. Hanya sedikit kenakalan saja. Padahal, kaum muslim ibarat satu tubuh. Jika satu bagian merasa sakit, maka bagian lain pun terasa tidak enak. Contohnya aja, jari terjepit pintu. Mulut mengaduh, tangan lain segera memijat jari yg terjepit, kulit berdenyut sakit, pikiran menelusuri sebab terjadinya rasa sakit. Begitu seharusnya.
Saat ini, banyak sekali yg merasa tidak terusik -termasuk yg menulis- dengan banyak sekali fenomena terkait kaum muslimin. Baik itu positif atau negatif. Sebab, merasa diri sudah cukup baik, sudahlah! Tidak ada yg perlu dipikirkan lagi. Toh kami sudah baik! Makan dan minum kami sudah tercukupi, apalagi yg perlu kami risaukan? Nilai-nilai sekolah pun memuaskan, siap memasuki babak kampus, kemudian lulus dengan cukup baik lalu siap kerja. Punya teman yg baik, ortu care banget, ditambah ada pacar yg selalu ngingetin. Hidup ini mudah ya?
Sampai-sampai mudah bosan dengan segala fase-fase di dalamnya. Selesai ini, lanjut ke situ. Sudah yg begini, mau yg begitu. Seterusnya. Sampai membentuk lingkaran setan.
Oktober 2016
dibawah atap pos satpam menunggu jemputan hingga malam
Saat ini, banyak sekali yg merasa tidak terusik -termasuk yg menulis- dengan banyak sekali fenomena terkait kaum muslimin. Baik itu positif atau negatif. Sebab, merasa diri sudah cukup baik, sudahlah! Tidak ada yg perlu dipikirkan lagi. Toh kami sudah baik! Makan dan minum kami sudah tercukupi, apalagi yg perlu kami risaukan? Nilai-nilai sekolah pun memuaskan, siap memasuki babak kampus, kemudian lulus dengan cukup baik lalu siap kerja. Punya teman yg baik, ortu care banget, ditambah ada pacar yg selalu ngingetin. Hidup ini mudah ya?
Sampai-sampai mudah bosan dengan segala fase-fase di dalamnya. Selesai ini, lanjut ke situ. Sudah yg begini, mau yg begitu. Seterusnya. Sampai membentuk lingkaran setan.
Oktober 2016
dibawah atap pos satpam menunggu jemputan hingga malam
Komentar
Posting Komentar