Sebuah
rasa yang mendesir halus dan membuat pelakunya merasa melayang. Beneran
melayang, perasaannya maksudku. Seolah-olah badan pun turut berada diatas
tanah, tapi bukan seperti hantu perempuan berambut panjang itu. Ini hanya
perasaan yang membuat badan serasa melayang. Gampang saja sih untuk bisa
merasakan hal "melayang" itu. Bisa dengan menonton kisah romatis,
membaca novel picisan, bahkan mengalaminya secara langsung. Mudah bukan?
Walaupun ketika menyaksikan hal tersebut bukan kita yang menjadi tokoh utamanya,
tetap saja perasaan halus itu akan datang. Menari-nari menggelitik perut! Kata
seorang penulis ketika menjabarkan bagaimana tanda-tanda perasaan merah jambu
itu merasuki diri.
Bodoh sekali rasanya bukan, ketika kita merasakan ada yg salah namun kita sendiri tidak tahu apa itu dan terus-menerus merasa segala hal berjalan terasa salah? Itu sedang terjadi padaku. Perkara cinta? Oh, tidak sama sekali. Tidak ada terbersit wajah seorang lelaki pun saat ini. Bingung dan tetap bingung membawaku pada titik "sudahlah ikuti saja apa kehendak hatimu". Yang terjadi tentu saja menonton drama, kemudian membaca komik. Bahkan lebih parahnya lagi aku membongkar koleksi komik yg difotokopi saat masih SMP! Lagi-lagi komik itu tentang cinta. Sempat aku mengatakannya bukan bahwa tidak ada terbersit wajah seorang lelaki saat ini. Tapi itulah yg terjadi padaku. Terus memburu kisah cinta, entah itu nyata atau fiksi belaka. Perasaanku sendiri sulit ku pahami, biarlah. Dan aku tetap menelusuri folder-folder berisi film ataupun cerita tentang cinta. Entahlah, aku senang dengan adanya suatu rasa yg mendesir di dalam hati saat membaca kisah seseorang. Sayangnya kebanyakan kisah cinta itu tidak syar'i. Mengerti maksudku? Kisah cinta itu hanya sebatas bagaimana cara menyalurkan perasaan kepada orang yg disukai tanpa memperhatikan cara yg dilalui. Agak ribet memahaminya? Hm, cerita mereka sebatas apa yg sebenarnya mereka inginkan namun tidak kesampaian sehingga dibuat nyata melalui kisah dalam film maupun buku tadi. Membenarkan hal-hal yg dapat membuat mereka merasa senang dengan kebohongan yang indah. Kalimat ini ku comot dari tulisan Kalil Gibran, yang mengatakan orang lebih menyukai kehidupan yang terdiri dari kebohongan yang indah dibandingkan dengan kematian, kebenaran yang menyakitkan.
Beberapa hal setelah ku amati lebih rinci, memang ada banyak sekali pergeseran terhadap makna. Apa pun itu. Parahnya lagi, makna tersebut dibungkus dengan sesuatu yang sangat digemari. Sehingga bisa ditebak, akan dibenarkan sejumlah orang berdasarkan apa yang mereka dapatkan dari hal yang menyenangkan itu. Cinta itulah maksudku. Dengan banyaknya kisah-kisah yang beredar terlepas itu nyata atau tidak, tentu didalamnya terdapat paling sedikit ada satu makna yang tersembunyi. Komik kesukaanku pun begitu. Yap, hal yang disukai, digemari, digandrungi. Lewat sanalah pikiran kami dikacaukan tanpa kami menyadarinya. Sebelum bersiap terjun langsung seharusnya kita sudah menyiapkan tameng untuk menghadapi serangan pemikiran ini. Benar-benar terasa sekali dampaknya bagi yang menyadari. Cinta lagi-lagi itu maksudku. Bukan menghakimi cinta, karena ia bagai pisau. Bahkan sama. Benda, tapi cinta bukan benda melainkan sesuatu yang tidak terlihat namun keberadaannya dapat dirasakan bahkan bisa dimunculkan atau dialihkan. Dapat menjadikan orang yang menggunakannya baik dan buruk. Benarkah? Tentu saja.
Setiap orang bertindak berdasarkan apa yang mereka pahami. Apa yang mereka mengerti. Apa yang mereka ketahui, entah itu sebab-akibat atau bahkan keinginan semata tanpa tahu dampak kedepannya bagaimana. Semua dilakukan atas dasar berbagai sumber. Bisa kebutuhan, keinginan, atau bahkan hanya untuk sekedar melampiaskan rasa yang hilang. Terus apa? Benar-tidaknya yang dilakukan bisa dilihat dari sumber apa yang dijadikan sebagai pedoman. Yup. Cinta, iya lagi-lagi cinta. Tindakan yang diusahakan untuk memperoleh atau memenuhi kebutuhan akan kasih sayang. Oh iya, aku menyebut cinta sebagai kasih sayang. Proses pemenuhannya juga berlandaskan dengan sumber yang sama dengan tindakan. Sehingga, sumbernya inilah yang harus diperhatikan. Karena akan berdampak ke depan.
Islam mengajarkan cara untuk mendapatkan cinta dan memeliharanya dengan tidak menghinakan pemeluknya. Merasakan cinta adalah wajar. Bahkan tanda normal sebagai manusia. Status kita saat ini manusia yang mempunyai akal dan perasaan. Dengan akal ini kita dapat mengetahui mana yang boleh dan tidak sesuai dengan pedoman, yaitu Al Qur'an dan As Sunnah. Yang Maha Memiliki Seluruh Cinta, tentu tidak ingin makhluknya binasa dikarenakan semena-menanya cara yang digunakan oleh mereka, bukan? Turunlah perintahnya, "Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. Dan suatu jalan yang buruk." (Al Israa 32)
Pacaran termasuk didalamnya. Lah kok bisa? Wong kita pacaran gak ngapa-ngapain kok! Lah kalo gitu ngapain pacaran atuh. Yang banyak dapet ruginya itu perempuan bukan yang laki. Pacaran bukan bagian dari indahnya Islam memuliakan manusia.
Trus gimana caranya supaya kita tau mereka baik atau nggak? Perbaiki diri dulu, nanti akan dapat yang baik. "Wanita-wanita yang keji adalah untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki yang keji adalah buat wanita-wanita yang keji (pula), dan wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik dan laki-laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik (pula). Mereka (yang dituduh) itu bersih dari apa yang dituduhkan oleh mereka (yang menuduh itu). Bagi mereka ampunan dan rezeki yang mulia (surga)." (An Nuur 26)
Sederhana bukan? Dikatakan cinta apabila mencintai dia karena Allah. Jika mencintainya karena Allah pastinya tidak akan melanggar apa yang telah dilarang-Nya, tidak akan menyakiti hatinya, menjaganya sebenar-benar. Apalah kita. Kita harus bergantung pada Allah agar tidak tersesat, sedangkan Allah sama sekali tidak butuh bantuan kita. Kita tidak ada apa-apanya tanpa Allah. Sudah kembalikan cinta yang diciptakan-Nya pada Allah, kita minta hati ini dijaga sampai waktunya tiba. Gak lupa sembari memperbaiki diri yang tak pernah lepas dari kesalahan.
Wallahu'alam bishawab.
Bodoh sekali rasanya bukan, ketika kita merasakan ada yg salah namun kita sendiri tidak tahu apa itu dan terus-menerus merasa segala hal berjalan terasa salah? Itu sedang terjadi padaku. Perkara cinta? Oh, tidak sama sekali. Tidak ada terbersit wajah seorang lelaki pun saat ini. Bingung dan tetap bingung membawaku pada titik "sudahlah ikuti saja apa kehendak hatimu". Yang terjadi tentu saja menonton drama, kemudian membaca komik. Bahkan lebih parahnya lagi aku membongkar koleksi komik yg difotokopi saat masih SMP! Lagi-lagi komik itu tentang cinta. Sempat aku mengatakannya bukan bahwa tidak ada terbersit wajah seorang lelaki saat ini. Tapi itulah yg terjadi padaku. Terus memburu kisah cinta, entah itu nyata atau fiksi belaka. Perasaanku sendiri sulit ku pahami, biarlah. Dan aku tetap menelusuri folder-folder berisi film ataupun cerita tentang cinta. Entahlah, aku senang dengan adanya suatu rasa yg mendesir di dalam hati saat membaca kisah seseorang. Sayangnya kebanyakan kisah cinta itu tidak syar'i. Mengerti maksudku? Kisah cinta itu hanya sebatas bagaimana cara menyalurkan perasaan kepada orang yg disukai tanpa memperhatikan cara yg dilalui. Agak ribet memahaminya? Hm, cerita mereka sebatas apa yg sebenarnya mereka inginkan namun tidak kesampaian sehingga dibuat nyata melalui kisah dalam film maupun buku tadi. Membenarkan hal-hal yg dapat membuat mereka merasa senang dengan kebohongan yang indah. Kalimat ini ku comot dari tulisan Kalil Gibran, yang mengatakan orang lebih menyukai kehidupan yang terdiri dari kebohongan yang indah dibandingkan dengan kematian, kebenaran yang menyakitkan.
Beberapa hal setelah ku amati lebih rinci, memang ada banyak sekali pergeseran terhadap makna. Apa pun itu. Parahnya lagi, makna tersebut dibungkus dengan sesuatu yang sangat digemari. Sehingga bisa ditebak, akan dibenarkan sejumlah orang berdasarkan apa yang mereka dapatkan dari hal yang menyenangkan itu. Cinta itulah maksudku. Dengan banyaknya kisah-kisah yang beredar terlepas itu nyata atau tidak, tentu didalamnya terdapat paling sedikit ada satu makna yang tersembunyi. Komik kesukaanku pun begitu. Yap, hal yang disukai, digemari, digandrungi. Lewat sanalah pikiran kami dikacaukan tanpa kami menyadarinya. Sebelum bersiap terjun langsung seharusnya kita sudah menyiapkan tameng untuk menghadapi serangan pemikiran ini. Benar-benar terasa sekali dampaknya bagi yang menyadari. Cinta lagi-lagi itu maksudku. Bukan menghakimi cinta, karena ia bagai pisau. Bahkan sama. Benda, tapi cinta bukan benda melainkan sesuatu yang tidak terlihat namun keberadaannya dapat dirasakan bahkan bisa dimunculkan atau dialihkan. Dapat menjadikan orang yang menggunakannya baik dan buruk. Benarkah? Tentu saja.
Setiap orang bertindak berdasarkan apa yang mereka pahami. Apa yang mereka mengerti. Apa yang mereka ketahui, entah itu sebab-akibat atau bahkan keinginan semata tanpa tahu dampak kedepannya bagaimana. Semua dilakukan atas dasar berbagai sumber. Bisa kebutuhan, keinginan, atau bahkan hanya untuk sekedar melampiaskan rasa yang hilang. Terus apa? Benar-tidaknya yang dilakukan bisa dilihat dari sumber apa yang dijadikan sebagai pedoman. Yup. Cinta, iya lagi-lagi cinta. Tindakan yang diusahakan untuk memperoleh atau memenuhi kebutuhan akan kasih sayang. Oh iya, aku menyebut cinta sebagai kasih sayang. Proses pemenuhannya juga berlandaskan dengan sumber yang sama dengan tindakan. Sehingga, sumbernya inilah yang harus diperhatikan. Karena akan berdampak ke depan.
Islam mengajarkan cara untuk mendapatkan cinta dan memeliharanya dengan tidak menghinakan pemeluknya. Merasakan cinta adalah wajar. Bahkan tanda normal sebagai manusia. Status kita saat ini manusia yang mempunyai akal dan perasaan. Dengan akal ini kita dapat mengetahui mana yang boleh dan tidak sesuai dengan pedoman, yaitu Al Qur'an dan As Sunnah. Yang Maha Memiliki Seluruh Cinta, tentu tidak ingin makhluknya binasa dikarenakan semena-menanya cara yang digunakan oleh mereka, bukan? Turunlah perintahnya, "Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. Dan suatu jalan yang buruk." (Al Israa 32)
Pacaran termasuk didalamnya. Lah kok bisa? Wong kita pacaran gak ngapa-ngapain kok! Lah kalo gitu ngapain pacaran atuh. Yang banyak dapet ruginya itu perempuan bukan yang laki. Pacaran bukan bagian dari indahnya Islam memuliakan manusia.
Trus gimana caranya supaya kita tau mereka baik atau nggak? Perbaiki diri dulu, nanti akan dapat yang baik. "Wanita-wanita yang keji adalah untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki yang keji adalah buat wanita-wanita yang keji (pula), dan wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik dan laki-laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik (pula). Mereka (yang dituduh) itu bersih dari apa yang dituduhkan oleh mereka (yang menuduh itu). Bagi mereka ampunan dan rezeki yang mulia (surga)." (An Nuur 26)
Sederhana bukan? Dikatakan cinta apabila mencintai dia karena Allah. Jika mencintainya karena Allah pastinya tidak akan melanggar apa yang telah dilarang-Nya, tidak akan menyakiti hatinya, menjaganya sebenar-benar. Apalah kita. Kita harus bergantung pada Allah agar tidak tersesat, sedangkan Allah sama sekali tidak butuh bantuan kita. Kita tidak ada apa-apanya tanpa Allah. Sudah kembalikan cinta yang diciptakan-Nya pada Allah, kita minta hati ini dijaga sampai waktunya tiba. Gak lupa sembari memperbaiki diri yang tak pernah lepas dari kesalahan.
Wallahu'alam bishawab.
Komentar
Posting Komentar