Bertemu kembali dengan
seorang teman. Mengetahui kabar masing-masing dan tidak lupa bertukar cerita
seru yang telah terjadi. Mendengar dan mengalami itu menjadikan hari ini tidak
terlewati begitu saja. Melainkan telah terjadi sesuatu dan itu tercatat sebagai
rekaman kehidupan. Begitu banyak hal yang sudah terjadi, baik atas kehendak
kita maupun diluar kendali kita. Biasanya dalam sebuah pertemanan terdiri dari
berbagai macam karakter yang berbeda. Itu sudah pasti. Jikalau ada yang merasa
mirip satu sama lain, itu karena mereka saling melengkapi. Yup, berwarna sekali
kehidupan ini.
Karakter yang begitu beragam
membuat kita mengenal satu sama lain. Apabila sama, lalu apa yang berusaha
untuk dikenal? Ada teman kita yang berwatak ceria, supel dan terbuka. Di sisi
lain, ada juga teman kita yang sangat tertutup akan kehidupannya. Berwatak
keras, mudah marah tapi merupakan orang yang suka melawak. Pemalu, percaya
diri, kikuk, easy going, tulalit, dan lain sebagainya. Sudah banyak
sekali kita bertemu orang lain. Beraneka ragam pula perasaan yang muncul ketika
bertemu mereka. Senang, sebal, gembira, kesal, rindu, jengkel, seru bahkan
tidak mengharapkan bertemu dengan orang yang dimaksud merupakan sedikit dari
respon yang didapat pada seseorang.
Pada postingan ini kita
tidak akan membahas mengenai karakter orang lain. Tidak. Penulis belum cukup
ilmu untuk menuliskannya. Juga kurangnya pengalaman.
Setiap orang tentunya
memilik watak yang berbeda-beda. Namun, sedikit-banyak dari mereka yang merasa
tidak ingin memiliki karakter tersebut. Mereka cenderung untuk mengubah diri
menjadi watak yang ingin mereka terapkan. Itu tidak sepenuhnya salah kok.
Bahkan bisa jadi merupakan salah satu cara untuk mengembangkan diri, berusaha
menjadi lebih baik dari sebelumnya. Dan seringkali ada beberapa karakter yang
tidak puas sama sekali dengan apa yang mereka punyai, sifat mereka sendiri. Ia
tidak bisa menerima bahwa begitulah sifat dan perilakunya. Ada rasa ketidakpuasan
serta kerendahan diri dengan identitas yang dibawa. Bahkan tak jarang ia
melakukan hal-hal yang sebenarnya tidak boleh dilakukan hanya untuk
menyenangkan orang lain. Agar dapat ditertawakan atas lelucon yang mereka buat.
Tujuannya hanya agar orang lain suka padanya. Agar perhatian orang lain tertuju
padanya. Ia seperti haus akan perhatian.
Orang-orang dengan
kepribadian semacam ini akan meniru apa yang dilakukan orang yang disukai
banyak orang tanpa memedulikan bisakah cara itu diterapkan pada dirinya
sendiri. Ia memaksakan kehendak dirinya, sehingga yang tercipta adalah tidak
menyukai satu pun apa yang ada pada dirinya. Ini terlihat seperti redupnya
kepercayaan terhadap dirinya sendiri. Ia berusaha menjadi orang lain. Bukan
berusaha mengembangkan dirinya. Ia hanya mau meniru tanpa memperbaiki dirinya.
Terus mengamati, kemudian menirunya tanpa dimodifikasi sedikit pun. Seperti
mengambil bahan mentah dan berusaha menjadikannya barang siap saji tanpa
diproses sama sekali.
Untuk karakter ini dibutuhkan
kekuatan dari dalam dirinya sendiri dan dukungan dari orang lain. Perhatian
lebih tepatnya. Kepercayaan diri yang runtuh ini dikarenakan minimnya jumlah
perhatian yang didapat. Ia sukar merasa bersyukur pada dirinya karena itu. Ia
berusaha menjadi orang lain agar mendapat perhatian yang sama besar dengan
orang tersebut. Ia suka mengutuk dirinya, "Kenapa tidak melakukan ini
saja, bukan malah melakukan yang itu?" Ia suka menyesali hal yang sudah
terjadi. Ini betul-betul miris.
Padanya harus diberitahukan
secara perlahan, bahwa hidup ini tidak lain hanya untuk belajar. Belajar
memperbaiki diri, belajar menerima keadaan diri, belajar mengenal orang lain
tanpa mengubah jati diri sendiri. Seperti tadi, untuk apa mengenal jika sudah
mirip satu sama lain? Apa yang nantinya dapat dipelajari? Kita diciptakan
seperti ini tentu bukan tanpa tujuan. Tentu ada. Dan tidak hanya itu saja, kita
juga diperintahkan untuk terus belajar. Tidak mesti harus matematika, fisika
atau kimia saja. Belajar bersifat umum. Tentu maksudnya adalah mempelajari
hal-hal yang memang diperuntukkan untuk dipelajari.
Janganlah risau jika memang
dirimu berbeda, teman. Tentunya kau diciptakan berbeda untuk melengkapi teman
yang lain. Boleh kau ubah dirimu, namun itu hanya untuk perbaikan bukan menyeluruh.
Bersyukurlah, karena dirimu telah diizinkan oleh-Nya untuk bisa ada di bumi
ini. Mudah-mudahan dengan berbedanya dirimu membuat orang lain dapat belajar
padamu mengenai arti menghargai satu sama lain. Untuk hal-hal yang kau sesali
telah terjadi, ambillah pelajaran darinya. Waktu terus berjalan. Tidak peduli
kau sadari atau hindari. Yang lebih penting untuk kau lakukan adalah memaafkan
diri, memperbaiki diri dan memacu diri. Insya Allah waktu tidak akan berlalu
begitu saja, melainkan dapat menorehkan tinta emas apa rekam jejak kehidupanmu.
Janganlah kau mengadu mengenai dirimu yang begitu kurang. Walau begitu,
teriakanlah meski masalah akan kepercayaan dirimu sangat besar namun ia tidak
lebih besar dari Allah yang Mahabesar!
Komentar
Posting Komentar