Terkadang, kita sebagai pribadi individu yang mempunyai seorang sosok bernama teman, jengkel atau bahkan marah ketika melihat teman tersebut melakukan kesalahan. Dan seringkali tindakan yang terambil adalah menasehatinya dengan cara memarahinya. Wajarkah?
Lebih baik tidak punya teman daripada harus merasa sakit karena teman atau menahan diri dari melakukan suatu hal yang diinginkan kemudian malah mengerjakan hal lain hanya untuk membuat teman senang.
Lebih baik sendiri. Bisa melakukan apa saja yang ingin dilakukan tanpa ada orang yang menghalangi atau tidak suka dengan apa yang sedang dilakukan.
Bersama teman, kenangan terindah bisa terjadi. Akan tetapi sendirian lebih terasa semua keindahan. Karena tidak ada seseorang yang memaksa untuk melihat dunia dengan sudut pandang yang dia miliki.
Semua quote-quote diatas, tanpa disadari tercipta sendiri oleh pikiran. Entah pemicunya apa. Mungkin karena permasalahan dengan seorang teman. Sehingga perlahan-lahan tercipta kesan, mempunyai seorang teman adalah hal mengerikan. Mengekang kebebasan seseorang, memaksa seseorang melakukan sesuatu yang tidak ingin dilakukannya dan banyak lagi. Ini semua tercipta dari pemikiran seorang gadis kecil yang belum memahami hakekat pertemanan. Karena tanpa disadari pertemanan hanya untuk membuat satu sama lain merasa senang tanpa memperhatikan kesenangan apa yang sesungguhnya membuat masing-masing senang. Perasaan terkucilkan, terisolasi karena teman menyebabkan hati tak sanggup untuk membuat kembali tali pertemanan, meski itu tali yang baru.
Seseorang membutuhkan seseorang yang lain, hal itu sungguh sangatlah menjadi hal yang lumrah. Sudah biasa. Bagi orang-orang posesif (dalam artian untuk pertemanan) seperti saya, jika sudah memiliki seorang teman sangat sulit untuk melepasnya. Karenanya terkadang saya sendiri yang terlalu mengekang seorang teman. Tak terasa kekangan itu berdampak pada diri saya sendiri, merasa sakit ketika teman tidak melakukan apa yang saya nasehatkan. Ini semua saya yang membuat kesalahan. Seharusnya tidak begitu sebuah pertemanan.
"Kau adalah kau, aku tidak bisa memaksamu untuk menjadi sepertiku." Begitu bunyi sebuah ungkapan dalam novel. Yang sesungguhnya adalah terciptanya tali istimewa itu untuk menjadi pengingat bagi pemegangnya. Tidak memaksanya namun mengingatkannya, bila yang dilakukannya meleset dari aturan. Peraturan yang mengatur manusia agar mulia, yakni Islam. Dibutuhkan pemahaman yang sama dari para pemegangnya. Namun bukan berarti yang tidak memahami tidak boleh ikut menyertainya. Yang sudah dipaham, bersama-sama menguatkan. Yang belum paham, perlahan-lahan dipahamkan. Sungguh indah, dengan hanya memandang para pemegang tali, hati merasa rindu melihat Pencipta diri ini. Sehingga membuat diri selalu berhati-hati. Akan perbuatan yang selalu terawasi. Bersama-sama mengerjakan perintah-Nya, bersungguh-sungguh dalam mempelajari ciptaan-Nya dan memegang erat tangan para pemegang tali menghadapi ujian dari-Nya.
Tidak lupa mengingatkan dengan cara yang baik kepada sesama pemegang tali jika kesalahan dilakukan tanpa disadari. Apabila pemegang yang lain telah lupa meski sudah diingatkan, terasa amarah membara. Hampir saja memarahi menjadi jalan menasehati. Maafkan dan doakan. Tidak lupa terus mengingatkannya dengan cara yang lebih baik. Diri ini banyak kelemahan. Merasa buruk sekali ketika saudaranya melakukan kesalahan tanpa bisa dicegahnya. Merasa ingin agar semua pemegang tali menjadi baik tanpa menyadari ini diluar kekuasaannya. Jangan lupa, Dialah Yang Maha Membolak-balikan Hati. Terus mendoakan pemegang tali agar dapat kembali. Tidak ada yang tahu, bagaimana hati bisa dibelokkan menuju yang benar. Maafkan dan doakanlah. Mudah-mudahan dapat bersama kembali di dalam syurga-Nya.
Lebih baik tidak punya teman daripada harus merasa sakit karena teman atau menahan diri dari melakukan suatu hal yang diinginkan kemudian malah mengerjakan hal lain hanya untuk membuat teman senang.
Lebih baik sendiri. Bisa melakukan apa saja yang ingin dilakukan tanpa ada orang yang menghalangi atau tidak suka dengan apa yang sedang dilakukan.
Bersama teman, kenangan terindah bisa terjadi. Akan tetapi sendirian lebih terasa semua keindahan. Karena tidak ada seseorang yang memaksa untuk melihat dunia dengan sudut pandang yang dia miliki.
Semua quote-quote diatas, tanpa disadari tercipta sendiri oleh pikiran. Entah pemicunya apa. Mungkin karena permasalahan dengan seorang teman. Sehingga perlahan-lahan tercipta kesan, mempunyai seorang teman adalah hal mengerikan. Mengekang kebebasan seseorang, memaksa seseorang melakukan sesuatu yang tidak ingin dilakukannya dan banyak lagi. Ini semua tercipta dari pemikiran seorang gadis kecil yang belum memahami hakekat pertemanan. Karena tanpa disadari pertemanan hanya untuk membuat satu sama lain merasa senang tanpa memperhatikan kesenangan apa yang sesungguhnya membuat masing-masing senang. Perasaan terkucilkan, terisolasi karena teman menyebabkan hati tak sanggup untuk membuat kembali tali pertemanan, meski itu tali yang baru.
Seseorang membutuhkan seseorang yang lain, hal itu sungguh sangatlah menjadi hal yang lumrah. Sudah biasa. Bagi orang-orang posesif (dalam artian untuk pertemanan) seperti saya, jika sudah memiliki seorang teman sangat sulit untuk melepasnya. Karenanya terkadang saya sendiri yang terlalu mengekang seorang teman. Tak terasa kekangan itu berdampak pada diri saya sendiri, merasa sakit ketika teman tidak melakukan apa yang saya nasehatkan. Ini semua saya yang membuat kesalahan. Seharusnya tidak begitu sebuah pertemanan.
"Kau adalah kau, aku tidak bisa memaksamu untuk menjadi sepertiku." Begitu bunyi sebuah ungkapan dalam novel. Yang sesungguhnya adalah terciptanya tali istimewa itu untuk menjadi pengingat bagi pemegangnya. Tidak memaksanya namun mengingatkannya, bila yang dilakukannya meleset dari aturan. Peraturan yang mengatur manusia agar mulia, yakni Islam. Dibutuhkan pemahaman yang sama dari para pemegangnya. Namun bukan berarti yang tidak memahami tidak boleh ikut menyertainya. Yang sudah dipaham, bersama-sama menguatkan. Yang belum paham, perlahan-lahan dipahamkan. Sungguh indah, dengan hanya memandang para pemegang tali, hati merasa rindu melihat Pencipta diri ini. Sehingga membuat diri selalu berhati-hati. Akan perbuatan yang selalu terawasi. Bersama-sama mengerjakan perintah-Nya, bersungguh-sungguh dalam mempelajari ciptaan-Nya dan memegang erat tangan para pemegang tali menghadapi ujian dari-Nya.
Tidak lupa mengingatkan dengan cara yang baik kepada sesama pemegang tali jika kesalahan dilakukan tanpa disadari. Apabila pemegang yang lain telah lupa meski sudah diingatkan, terasa amarah membara. Hampir saja memarahi menjadi jalan menasehati. Maafkan dan doakan. Tidak lupa terus mengingatkannya dengan cara yang lebih baik. Diri ini banyak kelemahan. Merasa buruk sekali ketika saudaranya melakukan kesalahan tanpa bisa dicegahnya. Merasa ingin agar semua pemegang tali menjadi baik tanpa menyadari ini diluar kekuasaannya. Jangan lupa, Dialah Yang Maha Membolak-balikan Hati. Terus mendoakan pemegang tali agar dapat kembali. Tidak ada yang tahu, bagaimana hati bisa dibelokkan menuju yang benar. Maafkan dan doakanlah. Mudah-mudahan dapat bersama kembali di dalam syurga-Nya.
Komentar
Posting Komentar