Deras mengalir jatuh mengenai permukaan baju sekolahku, air mata. Mungkin aku tidak merasakan apa yang dirasakannya. Ku berusaha untuk memahami apa yang dirasakannya, meski itu adalah hal tersulit yang pernah aku lakukan. Ku yakin, aku pasti tak sekuat dia. tegar, kokoh, perkasa laksana pemimpin panglima perang melawan musuh terberat. Ku lontarkan pertanyaan paling bodoh sedunia, "Sedihkah kamu dengan hal ini?" Tatapan tajam ku dapatkan setelah menanyakannya. Rasa bersalah mendalam merasuki hatiku. Dia nampaknya sudah menerima. Mengikhlaskan semuanya. Kehilangan seseorang yang kedudukannya sangat penting dalam kehidupan. Memori akan hal-hal itu ku dapatkan
sewaktu kecil. Dia termasuk teman dekatku. Posisiku bukan seperti posisinya akan tetapi badan ku bergetar hebat saat membaca status jejaring sosialnya. Yang selalu didiskusikan oleh sel-sel neuron milikku yang diberikan oleh Sang Pencipta adalah bagaimana jika aku berada di posisinya? Apa yang akan aku lakukan? Apa yang akan terjadi? Bagaimana perasaanku? Itulah sebabnya mengapa perasaanku kalang kabut. Tersesat! Itu yang kurasakan. Meski berusaha membayangkan untuk mengerti, tetap saja apa yang kupikirkan nantinya tidak sesuai dengan apa yang akan terjadi. Jadikan sebuah pelajaran. Mengapa kita lebih suka kehilangan dahulu baru kemudian berusaha menjadi yang lebih baik ? Mengapa tidak sebelum kita kehilangan? Mungkin ini yang menjadi daya dorong. Entahlah, masih terngiang-ngiang satu pertanyaan dan pertanyaan lain yang belum kutemukan jawabannya.
sewaktu kecil. Dia termasuk teman dekatku. Posisiku bukan seperti posisinya akan tetapi badan ku bergetar hebat saat membaca status jejaring sosialnya. Yang selalu didiskusikan oleh sel-sel neuron milikku yang diberikan oleh Sang Pencipta adalah bagaimana jika aku berada di posisinya? Apa yang akan aku lakukan? Apa yang akan terjadi? Bagaimana perasaanku? Itulah sebabnya mengapa perasaanku kalang kabut. Tersesat! Itu yang kurasakan. Meski berusaha membayangkan untuk mengerti, tetap saja apa yang kupikirkan nantinya tidak sesuai dengan apa yang akan terjadi. Jadikan sebuah pelajaran. Mengapa kita lebih suka kehilangan dahulu baru kemudian berusaha menjadi yang lebih baik ? Mengapa tidak sebelum kita kehilangan? Mungkin ini yang menjadi daya dorong. Entahlah, masih terngiang-ngiang satu pertanyaan dan pertanyaan lain yang belum kutemukan jawabannya.
Komentar
Posting Komentar